HUBUNGAN ANTARA IKLIM DENGAN HIDROLOGI DI DALAM PERTANIAN
HUBUNGAN ANTARA IKLIM DENGAN HIDROLOGI DI
DALAM PERTANIAN

Oleh
:
Nama : Hairil Anwar
Nim : 1303015044
Tugas Mata Kuliah : Agrohidrologi
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2017
Bab
I
Latar
Belakang
Irigasi
memegang peran sangat penting sebab tanaman yang membutuhkan pengairan cukup
tidak hanya membutuhkan supply air pada awal penanaman atau masa-masa tertentu
saja, akan tetapi pada seluruh periode, Beragamnya sistem irigasi yang dimiliki
petani Indonesia merupakan suatu keniscayaan mengingat sejarah panjang irigasi
serta beragamnya model tanah yang menjadi lahan pertanian.
Drainase
yang berasal
dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air drainase,
merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah
pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya,
serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air
limbah maupun air kotor lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik
di atas maupun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan
buatan.
Tujuan
Teknik
irigasi dan drainase
Ruang
lingkup materi
Irigasi
merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam
dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia,
pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan
sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air
tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa
air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu.
Drainase merupakan salah satu fasilitas
dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur
khususnya), Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan
salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan
air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur
dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.
Bab
II
Dasar
Teori
Irigasi
merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam
dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia.
Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan
sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut
ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air
dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk
irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram,
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang
dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir
Kuno .
Definisi
lainnya, drainase lahan pertanian adalah suatu usaha membuang kelebihan air
secara alamiah atau buatan dari permukaan tanah atau dari dalam tanah untuk
menghindari pengaruh yang merugikan terhadap pertumbuhan tanaman. Pada lahan
bergelombang drainase lebih berkaitan dengan pengendalian erosi, sedangkan pada
lahan rendah (datar) lebih berkaitan dengan produksi.
Drainase
merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan
kota(perencanaan infrastruktur khususnya), Drainase juga dapat diartikan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat
yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain,
drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat
kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.
Bab
III
Pembahasan
.I.Irigasi
1.
Irigasi Permukaan
Irigasi
macam ini umumnya dianggap sebagai irigasi paling kuno di Indonesia. Tekniknya
adalah dengan mengambil air dari sumbernya, biasanya sungai, menggunakan
bangunan berupa bendungan atau pengambilan bebas, air kemudian disalurkan ke
lahan pertanian menggunakan pipa atau selang memanfaatkan daya gravitasi,
sehingga tanah yang lebih tinggi akan terlebih dahulu mendapat asupan air.
Penyaluran air yang demikian terjadi secara teratur dalam ‘jadwal’ dan volume yang
telah ditentukan.
2.
Irigasi Bawah Permukaan
Seperti
namanya, jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan bawah pada lapisan tanah
untuk meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar menggunakan pipa bawah
tanah atau saluran terbuka. Digerakkan oleh gaya kapiler, lengas tanah
berpindah menuju daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan
demikian, irigasi jenis ini menyasar bagian akar dengan memberinya asupan
nutrisi sehingga dapat disalurkan ke bagian lain tumbuhan dan dapat memaksimalkan
fungsi akar menopang tumbuhan.
3.
Irigasi dengan Pancaran
Dibanding
dua irigasi sebelumnya, irigasi ini terbilang lebih modern karena memang baru
dikembangkan belakangan. Caranya adalah dengan menyalurkan air dari sumbernya
ke daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan yang menjadi sasaran, ujung pipa
disumbat menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah sehingga muncul pancaran
air layaknya hujan yang pertama kali membasahi bagian atas tumbuhan kemudian
bagian bawah dan barulah bagian di dalam tanah.
4.
Irigasi Pompa Air
Irigasi
ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan berbagai jenis jenis air dari
sumber air, biasanya sumur, ke lahan pertanian menggunakan pipa atau saluran.
Jika sumber air yang digunakan dalam jenis ini bisa diandalkan, artinya tidak
surut pada musim kemarau, maka kebutuhan air pada musim kemarau bisa di-backup
dengan jenis irigasi ini.
5.
Irigasi Lokal
Irigasi
lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau pipa yang
dipasang di suatu area tertentu sehingga air hanya akan mengalir di area
tersebut saja. Seperti halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal
menggunakan prinsip gravitasi sehingga lahan yang lebih tinggi terlebih dahulu
mendapat air.
6.
Irigasi dengan Ember atau Timba
Irigasi
jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang mengairi
lahannya dengan menggunakan ember atau timba. Mereka mengangkut air dari sumber
air dengan ember atau timba kemudian menyiramnya secara manual pada lahan
pertanian yang mereka tanami. Seperti yang bisa dibayangkan, jenis ini kurang
efektif karena memakan banyak tenaga serta menghabiskan waktu yang lama. Namun
demikian, jenis yang demikian masih menjadi pilihan sebagian petani utamanya
petani di pedesaan yang tidak memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau
alat irigasi yang lebih efektif.
7.
Irigasi Tetes
Jenis
irigasi tetes menjalankan tugas distribusi air ke lahan pertanian menggunakan
selang atau pipa yang berlubang dan diatur dengan tekanan tertentu. Dengan
pengaturan yang demikian, air akan muncul dari pipa berbentuk tetesan dan
langsung pada bagian akar tanaman. Teknik yang demikian dimaksudkan agar air
langsung menuju ke akar sehingga tidak perlu membasahi lahan dan mencegah
terbuangnya air karena penguapan yang berlebih. Kelebihan irigasi jenis ini di
antaranya adalah efisiensi dan penghematan air, menghindari akibat penguapan
dan inflitrasi serta sangat cocok untuk tanaman di masa-masa awal
pertumbuhannya karena dapat memaksimalkan fungsi hara bagi tanaman. Selain itu,
jenis ini juga mempercepat proses penyesuaian bibit dengan tanah sehingga dapat
menyuburkan tanaman dan menunjang keberhasilan proses penanamannya.
Fungsi
Irigasi
Sementara
itu di Indonesia sendiri, memiliki pembagian musim seperti musim kemarau dan
musim penghujan memiliki jatah yang sama sehingga ketika musim kemarau tiba,
utamanya kemarau panjang, curah air hujan akan rendah bahkan tidak ada sama
sekali dan di sinilah irigasi memainkan peranannya. Ini juga terjadi pada pada
daerah-daerah dengan resapan air yang rendah sehingga pada musim kemarau,
sangat jarang ditemukan sumber air yang dapat mencukupi kebutuhan pertanian
setempat.
Secara
lebih terperinci, berikut adalah fungsi irigasi terhadap pertanian :
Sebagai
simpanan supply air jika suatu saat terjadi kekeringan akibat kemarau panjang
sehingga tanaman pertanian bisa tetap ditanam dan dipanen. Irigasi di sini
sekaligus juga mengatur ‘jadwal’ dan ‘porsi’ pembasahan tanah sehingga dalam
musim apapun, lahan pertanian bisa dialiri air dan tanaman bisa tumbuh
Memenuhi
kebutuhan air pada tanaman pertanian
Mengalirkan
air yang memuat zat lumpur serta zat hara penyubur tanaman untuk menyuburkan
tanah yang menjadi lahan pertanian sehingga tanah siap ditanami dan
menghasilkan tumbuhan yang juga subur dan baik.
Mengalirkan
air yang akan berfungsi mengendapkan kotoran atau limbah di dalam tanah ke
dalam lapisan bawah (saluran drainase) sehingga tidak mengganggu proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan menghindari terjadinya erosi tanah.
Kotoran atau limbah tersebut akan mengalami proses penjernihan baik secara
alamiah atau teknis.
Mengendapkan
zat-zat garam dari permukaan tanah ke tanah lapisan bawah sehingga di
permukaan, kadar garam akan menurun. Menurunnya kadar garam ini adalah salah
satu faktor yang mendukung suksesnya pertanian.
Menyiapkan
tanah untuk mengalami proses pengolahan dengan terlebih dahulu melunakkannya.
Lunaknya tanah akan mempermudah proses pengolahan karena tanah yang keras akan
sulit diolah semisal dicangkul atau dibajak.
Meninggikan
tanah yang posisinya rendah. Lumpur yang terkandung dalam air irigasi dapat
memungkinkan hal ini terjadi sehingga sehingga tanah yang potensial untuk
pertanian dapat digunakan lebih maksimal
Menurunkan
suhu dalam tanah sehingga kondusif untuk pertanian
Mengurangi
kemungkinan kerusakan tanah yang diakibatkan oleh frost
Manfaat
Irigasi
Begitu
banyak manfaat irigasi yang memberikan manfaat bagi kehidupan makhluk hidup
yang hidup di bumi yang akan memberikan keuntungan bagi makhluk hidup terutama
pada para petani.
Berikut
adalah penjelasan mengenai manfaat dari beberapa jenis jenis irigasi :
a.
Manfaat irigasi permukaan
Jenis
irigasi ini menyebarkan air ke permukaan tanah hingga meresap ke bagian
pori-pori tanah sehingga kebutuhan nutrisi tumbuhan dapat tercukupi. Dalam
praktinya ia menggunakan susunan jaringan sehingga ada jaringan primer,
sekunder dan tersier. Saluran primer adalah saluran yang pertama kali
mendapatkan air, biasanya terletak di daratah yang lebih tinggi kemudian
dialirkan ke saluran-saluran sekunder yang nantinya akan meneruskan aliran air
ke saluran tersier.
Adapun
jenis tumbuhan yang menggunakan sistem ini di antarnya adalah palawija karena
memang membutuhkan asupan air yang banyak. Sementara itu, keuntungan
menggunakan irigasi jenis ini adalah, selain investasi dan modal yang relatif
kecil adalah kesesuaian untuk diterapkan untuk semua jenis lahan, meresapnya
air hingga ke tanah bagian bawah sehingga bisa digunakan dengan baik dan
efektif serta efisensi pemakaian air yang tergolong tinggi.
b.
Manfaat irigasi dengan pancaran
Selain
untuk mengalirkan air, irigasi dengan pancaran juga digunakan untuk menyebarkan
pupuk karena dianggap lebih praktis, efektif dan cepat. Ia juga dipakai untuk
mengurangi erosi angin dan mencegah pembekuan. Umumnya, jenis irigasi yang satu
ini cocok dipakai untuk daerah yang memiliki tanah dangkal dengan topografi
yang kurang atau tidak teratur. Daerah lain yang sangat cocok menggunakan jenis
irigasi ini adalah wilayah berlereng karena dapat mengatasi masalah erosi
sehingga kesuburan tanah tidak akan terkurangi. Sedikitnya, ada dua macam
irigasi jenis ini, yakni jenis dengan alat pencurah yang tetap dan alat
pencurah yang bisa dipindah-pindah. Sementara itu berdasarkan luas dan
kapastias lahan yang dialiri serta keadaan topografi, jenis ini memiliki tiga
macam, yakni farm system, incomplete farm system dan field system. Meski
memiliki fungsi lain di luar irigasi, teknik semacam ini membutuhkan modal dan
investasi yang cukup tinggi sehingga masih menjadi barang mahal bagi banyak
orang.
c.
Manfaat irigasi tetes
Beberapa
jenis irigasi yang disebutkan di atas cukup menunjukkan bahwa perbedaan lahan,
jenis tanaman juga ketersediaan modal sangat menentukan jenis irigasi apa yang
akan dipilih para petani untuk mengairi lahannya. Namun demikian, pada juga
sebagian petani yang diuntungkan dengan letak lahan pertanian yang ia miliki.
Ini terjadi misalnya jika sawah yang dimiliki dekat dengan bendungan air
sehingga pemilik tanah sekitar tidak perlu kewalahan dan kebingungan
menciptakan sistem irigasi untuk mengairi lahannya. Tak heran, sawah-sawah di
dekat bendungan atau sumber air biasanya tetap ditanami dalam musim apapun dan
menghasilkan tanaman yang baik dan subur karena persediaan air tidak perlu
dikhawatirkan. Ini pula yang menjadi alasan mengapa lahan-lahan pertanian di
sekitar bendungan atau sumber air dijual dengan harga yang cukup tinggi. (baca
: cara mencegah erosi tanah).
Untuk
meng-handle perairan yang dibutuhkan lahan pertanian, sistem irigasi ternyata
juga mencerminkan peradaban suatu bangsa. Ini bisa dilihat dari catatan sejarah
yang menunjukkan bahwa kebudayaan dan peradaban besar biasanya muncul tak jauh
dari sumber air yang dikelola dengan baik dan menghasilkan sistem irigasi yang
baik pula.
Kreasi-kreasi
yang diciptakan untuk sistem irigasi ternyata juga memiliki fungsi lain,
semisal bendungan air yang memiliki fungsi lain sebagai pembangkit listrik.
Irigasi yang tertata dengan baik juga menjadi solusi atas problem kekurangan
pangan lokal yang tak jarang menimpa banyak negara.
Sistem
irigasi yang diatur dan berfungsi dengan baik juga berbanding lurus dengan
kesehatan masyakarat secara umum maupun kesejahterannya.
Tanaman
yang dihasilkan dari lahan subur dan bebas hama penyakit sangat penting dalam
menunjang kesehatan masyarakat dan menjauhkan mereka dari berbagai macam
penyakit. Begitu juga, hasil pertanian yang berkualitas dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Ini bahkan juga sangat berperan dalam mendukung
program daulat pangan sehingga produksi pangan dalam negeri bisa diandalkan
kualitas maupun kuantitasnya minimal untuk konsumsi sendiri sehingga tidak
perlu mengimpor bahan pangan dari negara lain.
II.
Drainase
Drainase
merupakan proses pembuangan air berlebih dari permukaan dan bawah permukaan
tanah, maka drainase dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
Drainase
permukaan merupakan proses pembuangan air dari permukaan lahan sedangkan
drainase bawah permukaan merupakan pembuangan atau pengontrolan muka air tanah
sampai optimal untuk meningkatkan produksi tanaman. Drainase permukaan berfungsi
untuk menangani air permukaan, khususnya air yang berasal dari air hujan.
Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air bawah permukaan, serta
menerima dan membuang air dari lapisan tembus air.
Dalam
kegiatan pembuatan sistem drainase ada dua kegiatan yang dilakukan, yaitu
mengatur tingkat kemiringan lahan ( land grading ) dan penghalusan permukaan
lahan ( land smoothing ), Land grading atau mengatur tahap kemiringan lahan dan
land smoothing atau penghalusan permukaan lahan diperlukan pada areal lahan
untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan
dalam pembuatan saluran drainase permukaan.
Pada
lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan yang baik akan meningkatkan
jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air
dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase
permukaan terlebih dahulu.
Untuk
efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan
merupakan tempat aliran permukaan berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan
peralatan pengukuran tanah. Pada tanah yang memiliki cekungan, terdapat
genangan air yang berdampak buruk terhadap tanaman. Genangan air tersebut harus
di buang melalui saluran pembuangan.
Ada
beberapa jenis saluran drainase pembuangan yaitu
Drainase
acak (Random Field Drains)
Lokasi
dan arah dari saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan.
Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan
peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang
telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya
tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas
penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang–lubang tanah,
untuk mengurangi kedalaman saluran drainase.
Sistem
Drainase Paralel
Drainase
Paralel (Parallel Field Drains)
Drainase
ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 1%–2
%, sistem saluran drainase parallel bisa digunakan. Sistem drainase ini dikenal
sebagai sistem bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, jika jarak
antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran
drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah
yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang
maksimum kemiringan lahan terhadap saluran 200 meter. Keuntungan dari sistem saluran
drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase.
Tanaman
dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah
populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel.
Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi
akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan
kerugian pada sistem bedengan, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian
pada sistem bedengan, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang
lebih besar dan dalam. Bila lebar bedengan sistem 400 m, maka aliran akan
dibagi dua agar lebar bedengan tidak lebih dari 200 m. Pada bedengan yang
lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah gambut,
saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah 1 meter.
Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa,
bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim hujan.
Pada
daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2
saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meter. Tanah galian saluran
diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang
diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.
Drainase
Mole
Drainase
mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya
tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup
dengan menarik dengan traktor bentukan baja bulat yang disebut mol yang
dipasang pada alat seperti bajak di lapisan tanah subsoil pada kedalaman
dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang
gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang.
Berdasarkan
Penampungannya drainase dalam dibagi menjadi 2, yaitu singular dan komposit .
Singular
Sistem
Drainase Singular
Terdiri
dari jajaran pipa–lateral yang ditanam di bawah permukaan tanah dengan jarak
tertentu, air yang keluar dari seluruh pipa lateral ditampung pada saluran
terbuka, selanjutnya disalurkan ke saluran drainase utama.
Komposit
Sistem
Drainase Komposit
Terdiri
dari jajaran pipa–pipa lateral yang ditanam di bawah permukaan tanah dengan
jarak tertentu, air dari seluruh pipa lateral ditampung pada pipa penampung
yang juga ditanam di tanah, antara pipa lateral dengan pipa penampung
dihubungkan dengan sambuangan, selanjutnya disalurkan ke saluran drainase
utama.
Berdasarkan
sistemnya, drainase dalam dibagi menjadi 4, yaitu :
Random
sistem
Sistem
ini digunakan pada lahan yang berombak atau pada lahan dimana kondisi tanahnya
terdiri dari beragam jenis tanah dan pada lahan yang terdapat area tergenang.
Sistem drainase random, daerah cekungan dihubungkan dengan saluran pengumpul
air dan air di keluarkan dari lahan melalui saluran pembuang. Sistem ini sering
diterapkan di lahan yang tidak memerlukan operasi pertanian intensif, seperti
padang rumput, atau di mana peralatan mekanisasi pertanian terutama peralatan
kecil dan sederhana dapat diterapkan.
Diagram
jaringan random sistem
Perataan
lahan adalah membentuk permukaan tanah kepada ketinggian yang telah ditentukan,
sehingga setiap baris atau lereng permukaan lahan dapat membuang air dari
lahan. Dibandingkan dengan bedengan, perataan lahan mengurangi jumlah bidang
saluran air, sehingga mengurangi kebutuhan untuk pengendalian gulma dan
pemeliharaan. Perataan lahan juga berarti untuk meningkatkan lahan yang
tersedia lebih banyak untuk ditanami.
Sistem
Drainase Random
Perataan
Lahan
Pendataran
lahan
Pendataran
lahan adalah proses menyamakan permukaan tanah untuk menghilangkan cekungan
pada lahan, namun tanpa mengubah topografinya. Hal ini sering dilakukan setelah
perataan lahan dilakukan, karena topografi lahan yang tidak teratur. Di lahan,
sistem drainase permukaan dapat memiliki dua layout yang berbeda, yaitu sistem
drainase random dan sistem drainase paralel.
Perataan
Permukaan Lahan
Herringbone
sistem
Terdiri
dari pipa saluran drainase lateral yang diletakan secara parallel dan terhubung
dengan pipa utama dengan membuat sudut tertentu, biasanya dari kedua sisi. Pipa
utama atau sub utama diletakkan pada bagian lahan yang rendah atau lahan yang
pada kemiringan lahan yang besar atau lembah.
Skema
jaringan drainase tulang ikan
Sistem
Gridiron
Sistem
drainase gridiron terdiri dari pipa–pipa saluran drainase lateral yang
diletakkan secara paralel dan terhubung dengan pipa utama secara tegak lurus,
biasanya dari satu sisi. Sistem ini sesuai untuk lahan di daerah rendah yang
datar dengan ukuran lahan yang sama.
Sistem
Drainase Gridion
Sistem
Drainase Intersepsi
Sistem
drainase intersepsi dapat menampung rembesan air yang mengalir ke lahan yang
terletak lebih rendah atau di bagian bawah. Pipa intersepsi biasanya diletakkan
pada bagian atas dan daerah yang basah yang ditentukan dari hasil pengamatan
drainase awal.
.
Bab
IV
Penutup
Kesimpulan
Dalam
teknik irigasi dan drainase memiliki berbagai cara yang berbeda-beda dalam
menangani dalam berbagai hal yang berkaitan dengan sistemna seperti pembuangan
air, tata letak petak dan hal lainnya begitupun dengan teknik drainase.
Daftar Pustaka
Hardjowigeno, H. Sarwono. 1993. ILMU TANAH.Jakarta:
AkademikaPreo.
Suripin, 2003. Dasar Ilmu Tanah. Jakarta:
AkademikaPressindo.
Hardjaja. Dkk, 1991. Pengairan Pertanian Organik.
Yogyakarta: Kanisius.Media.
Comments
Post a Comment