Fungisida merek fujiwan 400EC untuk penyakit blas pada tanaman padi
Penyakit Blas Pada
Fungisida Fujiwan
400EC
Manfaat
Fungisida dan
zat pengatur tumbuh tanaman sistemik berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan.
Apel : penyakit bercak daun Marsonina
coronaria, penyakit embun tepung Podosphaera leucontricha
(Penyemprotan volume tinggi : 0,5 - 1 ml/l)
Bawang merah : memperbaiki daya simpan (Penyemprotan
volume tinggi :1 - 2 ml/l)
Kedelai : meningkatkan jumlah polong pertanaman,
jumlah biji pertanaman dan hasil biji kering (Penyemprotan volume tinggi :1 - 2 ml/l)
Padi : penyakit blas Pyricularia oryzae (Penyemprotan
volume tinggi : 0,75 - 1 l/ha) Padi : meningkatkan hasil gabah kering (Penyemprotan
volume tinggi : 1 - 1,5 l/ha)

Tanaman Padi Dan CaraPengendaliannya
Penyakit blas disebabkan oleh jamur
Pyricularia grisea . Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo,
tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi. Di
sentra-sentra produksi padi Jawa Barat seperti di Karawang, Subang, dan
Indramayu; Jawa Tengah di
Pemalang, Pati, Sragen, dan Banyumas; Jawa Timur di
Lamongan, Jombang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang, penyakit
blas banyak ditemukan berkembang di pertanaman padi sawah.

Gambar 1. Gejala penyakit blas daun (a), dan blas leher (b)
Jamur P. grisea dapat menginfeksi
pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai
menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. Grisea menginfeksi
bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat
yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit
blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher.
Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian
gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (
seed borne). Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah
leher, tekek (jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Penyakit blas
juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies
rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang
dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil
secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau
patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi
hampa. Gangguan penyakit blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi
puso, seperti yang terjadi di Lampung dan Sumatera Selatan.
Biologi dan Ekologi Penyakit Blas
Jamur P. grisea mempunyai
banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat. Pada kondisi
lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang
lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan
menghasilkan suatu bercak
pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi
(menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan ke udara. Selanjutnya dari satu
bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu
malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Penyakit blas
lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi
dan temperatur malam hari
sekitar 22–25 C. Faktor lain yang mendukung perkembangan
penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi
aerobik dan stres kekeringan. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga
jamur lebih mudah melakukan penetrasi. Pemberian Si cenderung
membantu kekerasan dan ketegakan daun. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapang
adalah jerami. Di daerah tropis sumber inokulum selalu ada spanjang tahun karena adanya
spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.
Teknologi Pengendalian Penyakit Blas
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan
penyakit blas sperti tanah, pengairan, kelembaban, suhu, pupuk
dan ketahanan varietas. Faktor- faktor tersebut merupakan komponen epidemi penyakit
yang dapat dikelola untuk tujuan pengendalian penyakit blas. Upaya untuk mengendalikan
penyakit blas melalui pengelolaan komponen epidemi secara terpadu mempunyai peluang
keberhasilan tinggi. Pengendalian Penyakit Blas dengan Teknik
Budidaya
1. Penanaman Benih Sehat
Jamur penyebab penyakit
blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat lebih efektif
bila dilakukan sedini mungkin. Pertanaman yang terinfeksi
penyakit blas sangat tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai benih. Ini perlu
ditekankan sebagai syarat untuk kelulusan uji sertifikasi benih.
Perlu dilakukan perlakuan/ pengobatan benih dengan fungisida sistemik
seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih.
Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih
(soaking) atau pelapisan
benih (coating) dengan fungisida anjuran.
2. Perendaman
Benih direndam dalam
larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang
digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingan berat biji dan volume air adalah
1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida).
Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan
sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan. Perendaman benih padi sawah dalam
larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
3. Cara pelapisan ( Coating ) benih
Pertama-tama benih
direndam dalam air selama
beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak
menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg
benih basah dan dikocok
sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara
yang sama dengan metode
perendaman, selanjutnya benih siap disemaikan.
4. Cara tanam
Jarak tanam yang tidak
terlalu rapat atau sistem
legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan
tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara
pengairan berselang (intermiten). Sistem tersebut akan
mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air
gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun. Petanaman selalu rapat akan menciptakan
kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi
perkembangan penyakit. Di samping itu pada pertanaman yang rapat
akan mepermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman
lain.
5. Pemupukan
Pupuk nitrogen
berkorelasi positif dengan keparahan penyakit blas. Artinya pertanaman
yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman
menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan
tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan
menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang. Penanaman
Varietas Tahan.
Cara yang paling efektif,
murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah menggunakan
varietas tahan. Penggunaan varietas tahan harus disesuaikan dengan sebaran ras yang
ada di suatu daerah. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit
blas diantaranyas adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4,
Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8,upaya lain yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan varietas tahan adalah dengan tidak menanam padi secara monogenik
(1 atau 2 varietas) secara luas dan terus menerus. Bila padi
tersebut ditanam terus menerus sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas.
Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal, dapat mengurangi
tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan
patahnya ketahanan suatu varietas.
Penggunaan Fungisida
Penyemprotan Tanaman Perlakuan
benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6
minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman,penyemprotan dengan
fungisida sebaikny dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum
dan awal berbunga.
Ada beberapa
hal penting yang harus diperhatikan dalam menaplikasikan sesuatu
pestisida antara lain.
1. Dosis
Pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida
dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan
hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu aplikasi
atau lebih. Sementara dosis bahan aktif adalah jumlah bahan
aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan,besarnya suatu
dosis pestisida tergantung dalam label pestisida.
2. Konsentrasi
Pestisida
Konsentrasi penyemprotan
adalah jumlah pestisida yang disemprotkan
dalam satu liter air (atau bahan pengencer lainnya) untuk mengendalikan
organisme pengganggu tanaman (OPT) tertentu.
3. Volume
Semprot
Volume semprot adalah banyaknya
larutan jadi insektisida yang digunakan untuk menyemprot
hama/penyakit per satuan luas atau per satuan individu tanaman.
4. Bahan Penyampur
a)
Pestisida sebagai bahan racun
aktif (active ingredients) dalam formulasi biasanya dinyatakan
dalam berat/volume (di Amerika Serikat dan Inggris). Bahan-bahan lain yang tidak aktif yang
dicampurkan dalam pestisida yang telah di formulasi dapat
berupa; a.Solvent adalah bahan cair telarut mis: alkohol, minyak tanah, xyline dan
air,biasanya
bahan terlarut ini telah diberi deodorant (bahan penghilang bau
tidak enak baik yang berasal dari pelarut maupun dari bahan aktif). b.
Sinergis adalah sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya racun walaupun
bahan itu sendiri mungkin tidak beracun, seperti sesamin (berasal dari biji
wijen), dan piperonil butoksida. c. Emulsifier merupakan bahan
detergen yang akan memudahkan terjadinya emulsi bila bahan
minyak diencerkan dalam air.
Comments
Post a Comment