LAPORAN PRAKTIKUM ACARA IV PENGUJIAN INVEKTIVITAS BENIH YANG TERTULAR VIRUS PENYEBAB PENYAKIT DENGAN AIR HANGAT (Thermal Inactivation End Point)
LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA IV
PENGUJIAN INVEKTIVITAS BENIH YANG TERTULAR VIRUS PENYEBAB PENYAKIT DENGAN AIR HANGAT
(Thermal Inactivation End Point)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keberhasilan peningkatan dalam usaha tani sangat dipengaruhi oleh beberapa bahan input berbagai faktor produksi yang salah satunya adalah penggunaan benih dalam budidaya berkualitas. Dengan menggunakan benih bermutu diharapkan akan meningkatkan produktivitas bagi petani dapat mengurangi dari serangan hama penyakit dengan menggunakan benih unggul. Dengan penggunaan benih yang bermutu diharpakan adanya peningkatan produksi akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani.
Benih yang dikatakan bermutu dengan kriteriayaitu asli, berkualitas yang memiliki standar mutu baik secara fisik, fisiologis, dan genetis yang berlaku secara internasional dan mencerminkan karakteristik varietas yang diwakilinya, hidup dapat tumbuh apabila ditanam, sehat, tahan terhadap penyakit, benih tidak menjadi sumber investasi gulma. Dengan persyaratan yang menjelaskan tentang benih yang bermutu dimana perlu dilakukan pengujian mutu benih seperti pengujian daya berkecambah, kemurnian benih, kadar air hingga pengujian kesehatan benih.
Dalam pengujian mutu benih, pengujian kesehatan benih adalah melihat kesehatan benih baik dari dalam benih yaitu fisiologis maupun permukaan benih, dimana benih tersebut mengandung patogen apa tidak baik tanda-tanda di permukaannya yang menyebabkan benih tersebut terjadi penyimpangan yang menyebabkan benih tersebut tidak bisa melakukan fungsinya secara normal sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Dalam hal ini benih bermutu selalu diharapkan dengan kualitas yang tinggi bagi seluruh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses budidaya. Untuk menjaga kualitas benih tersebut, maka peranan pengujian benih menjadi sangat penting dan harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani.
Benih dikatakan sehat jika benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Patogen adalah suatu kesatuan hidup yang dapat menyebabkan penyakit. Sedangkan patogenisitas adalah kemampuan relatif dari suatu patogen untuk menyebabkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkannya kemungkinan dapat terjadi pada kecambah, tanaman muda ataupun tanaman yang telah dewasa. Semua golongan patogen seperti cendawan, bakteri, virus, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini dapat terjadi karena benihnya telah terinfeksi atau kerena kontaminasi pada permukaan benih. Kebanyakan patogen yang terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau disemaikan. Sebagai akibatnya benih menjadi busuk sebelum atau sesudah benih berkecambah. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdekteksi dan dapat mengurangi dampak dari patogen pada benih tersebut dan merupakan informasi tentang adanya suatu resiko dari serangan patogen itu.
B. Tujuan
Praktikum tentang pengujian infektivitas benih yang tertular virus penyebab penyakit tanaman dengan perendaman air panas ini bertujuan untuk mengetahui pada kisaran suhu berapakah virus dapat bertahan dan menginfeksi benih yang telah direndam dengan air panas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Benih
Benih merupakan faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih sangat penting dalam memproduksi tanaman yang memiliki kualitas tinggi. Keberadaan benih juga sangat penting dalam meningkatkan plasma nutfah untuk kepentingan pemuliaan tanaman. Benih merupakan bahan tanam yang berasal dari pembiakan secara generatif atau juga disebut sebagai hasil dari persilangan. Dalam proses budidaya, benih merupakan faktor utama dalam produksi, tanpa benih proses budidaya tidak akan berjalan.
Penyimpanan benih tidak dapat menghentikan deteriorasi, akan tetapi penyimpanan yang baik dapat memperlambat deteriorasi. Deteriorasi merupakan semua proses dan akibat yang menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil benih setelah masak fisiologis.
2.2 Perkembangan Patogen pada Benih
Dalam perkembangan patogen yang terdapat pada benih dibutuhkan keadaan lingkungan yang berbeda agar dapat tumbuh dan menghasilkan spora dari patogen tersebut. Oleh sebab itu kondisi lingkungan pada waktu pengujian kesehatan benih harus benar-benar teliti dalam keadaan iklim pada patogen sehingga dapat merangsang pertumbuhannya. Sehingga untuk mengetahui kualitas mutu dari benih terhadap serangan patogen baik sebelum maupun sesuadah yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan benih dalam uji benih.
Pemeriksaan kesehatan benih adalah suatu tindakan untuk memastikan ada tidaknya mikroorganisme patogenik yang terbawa oleh benih. Uji kesehatan benih merupakan suatu kegiatan yanga dilakukan untuk mengetahui kesehatan suatu benih. pentingnya uji kesehatan benih dilakukan adalah karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya.
2.3 Penjelasan Uji Kelayakan Benih
Dalam pengujian kesehatan benih dilakukan sangat penting karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas produk, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdeteksi dan dapat mengurangi penyakit pada benih tersebut. Kulit benih dan struktur disekitarnya yang telah terserang patogen dapat mempengaruhi kemampuan perkecambahan benih melalui penghambatan terhadap penyerapan air, pertukaran gas, difusi inhibitor endogenous atau penghambatan pertumbuhan embrio. Sementara jika penghambatan perkecambahan terjadi pada benih yang tidak mempunyai kulit keras atau tidak memerlukan skarifikasi untuk penyerapan air, maka kemungkinan penyebabnya adalah penghambat bagian lain dari benih misalnya endosperma. Patogen yang menginfeksi benih dapat menyebabkan perubahan benih menjadi:
a. Berubah secara fisik dan kimiawi
b. Berkecambah secara abnormal
c. Tidak dapat berkecambah
d. Kecambahnya tidak mampu muncul kepermukaan lahan
e. Hasil pengujian viabilitas kecambahnya jadi terpengaruh.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
C.Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu, 19 Maret 2016 pukul 09.00 – 12.00 WITA di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman.
1.Bahan dan Alat
-Pemanas air
-Tissue
-Baskom
-Wadah untuk menyemai benih
-Benih yang terinfeksi virus
-Air
2.Cara kerja
-Cari tanaman cabai yang terserang virus.
-Ambil biji cabai yang terkena virus sebanyak 10 biji direndam selama 15 menit
-Rendam benih dengan air yang bersuhu 35 Celcius.
-Kering anginkan selama beberapa saat
-Semaikan benih dalam plot yang sudah tersedia.
-Setelah tumbuh,amati apakah benih masih terjangkit virus atau tidak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
D.Hasil Pengamatan


E.Pembahasan
Pada praktikum yang telah di lakukan benih yangt di semai dalam polybag jumlah benih yang tumbuh ada benih yang tumbuh dalam keadaan sehat tidak ada gejala serangan virus dan ada tigabenih yang tidak tumbuh, virus bersifat parasit obligat, yaitu hanya dapat hidup pada inang yang hidup,virus tidak menyerap cairan atau nutrisi tanaman,akan tetapi virus menyerang dengan cara yang lebih ganas, yaitu memasuki sel inang dan memperbanyak diri di dalamnya. Jika inangnya mati, maka virus tersebut meninggalkan sel inangnya tersebut,pemberantasan virus nyaris tidak mungkin dilakukan karena virus sangat mudah bermutasi,pengendalian virus hanya dilakukan terhadap serangga vektor penularannya.
Secara umum tanaman yang terinfeksi oleh virus menunjukkan beberapa gejala yang biasanya terdapat daun, buah, batang, cabang, maupun akar,gejala tersebut ditunjukkan dengan ukuran yang mengecil, perubahan bentuk atau bagian tanaman, perubahan warna, kematian jaringan tanaman (misalnya bercak bercincin), dan tanaman mengalami hambatan pertumbuhan,
Pertumbuhan tanaman cabai jadi persentasenya 14/20x100%=maka hasil adalah 0,7%,ini membuktikan bahwa pengujian benih cabai yang di rendam pana air hangat bisa menurunkan tingkat invektifitas pada benih cabai tersebut.
BAB V
PENUTUP
F.Kesimpulan
polybag jumlah benih yang tumbuh ada benih yang tumbuh dalam keadaan sehat tidak ada gejala serangan virus dan ada tigabenih yang tidak tumbuh, virus bersifat parasit obligat, yaitu hanya dapat hidup pada inang yang hidup,Pertumbuhan tanaman cabai jadi persentasenya 14/20x100%=maka hasil adalah 0,7%,ini membuktikan bahwa pengujian benih cabai yang di rendam pana air hangat bisa menurunkan tingkat invektifitas pada benih cabai tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Djafaruddin. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (umum). Bumi aksara. Jakarta.
Metode Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura. 2010. BBP2MB-TPH Dirjen Tanaman Pangan. Kementrian Pertanian.
Comments
Post a Comment