GEJALA UMUM PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN

GEJALA UMUM PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN

            Perubahan tanaman yang terinfeksi virus dari tanaman normal disebut dengan gejala (symptom). Gejala penyakit virus merupakan dampak infeksi virus yang dapat diamati pada tanaman terinfeksi. Gejala yang tampak (kasatmata) merupakan akibat adanya gangguan fisiologi tanaman. Infeksi virus yang terjadi dalam sel akan memengaruhi sintesis protein dan asam nukleat pada tanaman. Infeksi virus juga akan memengaruhi jumlah dan bentuk sel serta organel, seperti mitokondria dan kloroplas. Gangguan fisiologi tanaman mengakibatkan tanaman mengakibatkan tanaman inang menunujukkan gejala di seluruh bagian tanaman (daun, cabang, buah) seperti tanaman menjadi bantut, perubahan warna daun, ukuran, dan bentuk buah yang dihasilkan. Infeksi virus pada tanaman inang tidak hanya menimbulkan satu tipe gejala penyakit saja, tetapi dapat menimbulkan lebih dari satu tipe gejala, sebagai contoh tanaman yang menunjukkan gejala bantut bersamaan dengan gejala nekrosis. Kejadian pada tanaman inang akibat infeksi virus atau dampak total akibat virus disebut dengan sindroma (syndrome).
            Infeksi virus akan memengaruhi metabolisme sel dan mengakibatkan terjadinya perubahan biokimiawi dan fisiologi sel. Perubahan metabolisme sel akan menimbulkan pertumbuhan tanaman yang berbeda bila dibandingkan dengan tanaman sehat. Perubahan tersebut ada yang bersifat eksternal atau makroskopi pada daun dan organ tanaman lain, yang dalam virologi disebut gejala luar atau gejala eksternal. Selain itu, ada juga gejala yang bersifat internal dalam jaringan tanaman dan hanya dapat diamati dengan bantuan mikroskop cahaya atau mikroskop elektron. Gejala yang demikian disebut gejala internal.
            Secara ekonomi, virus tumbuhan baru akan berarti apabila serangannya menimbulkan pertumbuhan tanaman yang tidak normal. Kerugian ekonomi akibat penyakit virus biasanya diamati berdasarkan penurunan kuantitas dan kualitas hasil tanaman yang diserang. Sebagai contoh, serangan peanut stripe virus akan menurunkan hasil kacang tanah sebesar 30%-70% dan serangan SSV pada kedelai dapat menurunkan hasil kedelai sebesar 22%-59%.
A.    Gejala Ekternal Penyakit Virus
            Gejala eksternal  merupakan gejala penyakit yang kasatmata, yang dapat dilihat secara langsung tanpa bantuan mikroskop. Secara umum, gejala eksternal diakibatkan oleh infeksi primer pada sel yang diinokulasi dan oleh infeksi sekunder akibat penyebaran virus dari situs infeksi primer ke bagian lain dari tanaman inang. Gejala infeksi primer pada daun yang diinokulasi disebut gejala lokal. Gejala tersebut dapat dibedakan dengan jaringan di sekitarnya yang berbentuk bercak. Dalam virologi tumbuhan gejala itu disebut sebagai gejala bercak lokal.
1.      Gejala Lokal
            Gejala lokal merupakan gejala yang hanya terbatas pada situs infeksi primer dan dalam virologi tumbuhan dikenal dengan istilah bercak lokal. Bercak lokal mempunyai ukuran yang beragam dan dapat berupa klorosis karena hilang atau berkurangnya klorofil  atau nekrosis karena terjadinya kematian sel tanaman inang. Beberapa virus tidak dapat menyebar ke organ tanaman yang lain dan gejala bercak lokal merupakan satu- satunya gejala yang dapat dilihat. Virus yang diinokulasi pada tanaman inang tidak hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain dan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Infeksi yang demikian disebut juga dengan infeksi sistemik dan gejalanya secara umum disebut gejala sistemik. Gejala sistemik yang disebabkan oleh virus pada tanaman inang dapat dibagi menjadi gejala eksternal yang kasatmata dan gejala internal. Sel yang mengalami nekrosis dan hanya pada situs infeksi primer yang demikian disebut reaksi hipersensitif. Tanaman yang memperlihatkan reaksi hipersensitif itu merupakan reaksi ketahanan tanaman terhadap infeksi virus. Gejala bercak lokal yang disebabkan oleh kerusakan klorofil dan kloroplas akan menimbulkan gejala klorosis.

2.      Gejala Sistemik
            Infeksi sistemik terjadi apabila virus yang diinokulasi pada tanaman inang tidak hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain dan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Gejala infeksi seperti itu secara umum disebut gejala sistemik. Gejala sistemik yang disebabkan oleh virus pada tanaman inang dapat dibagi menjadi gejala eksternal yang kasatmata dan gejala internal .
a.       Bantut (Stunting)
            Tanaman dikatakan bantut apabila ukuran tanaman yang terinfeksi virus lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman normal. Bantut merupakan gejala umum tanaman ynag terinfeksi virus. Gejala bantut sering diikuti oleh gejala sistemik yang lain. Gejala bantut dapt terjadi pada seuruh bagian tanaman, daun, bunga, dan buah. Selain itu, gejala bantut dapat terjadi pada bagian tertentu  dari tanaman atau sehingga sering disebut juga dengan bantut sebagian. Penurunan pertumbuhan tanaman mengakibatkan terjadinya penurunan hasil tanaman, yang dapat diamati dari berkurangnya ukuran dan jumlah hasil tanaman.
b.      Mosaik
            Gejala mosaik menunjukkan adanya bagian daun yang menunjukkan warna berbeda secar tidak teratur, seperti warna hijau tua yang diselingi dengan hijau muda. Bentuk gejala mosaik pada tanaman yang terinfeksi virus beragam, tergantung pada jenis tanamannya. Pada tanaman dikotil, gejala mosaik berbentuk garis yang tidak beraturan, berwarna hijau tua dan hijau kuning seperti halnya tembakau yang terinfeksi TMV. Gejala mosaik biasanya didahului oleh pemucatan sepanjang tulang daun (vein banding). Gejala mosaik juga dapat terjadi pada cabang dan buah yang dihasilkan.
            Pada tanaman monokotil, gejala mosaik biasanya ditandai dengan warna hijau dan terang membentuk setrip; sebagai akibat terjadi klorosis. Gejala klorosis terjadi pada daun akibat terjadinya pengurangan klorofil, tidak normalnya bentuk kloroplas, dan kerusakan histologi sel daun seperti kerusakan sel palisade dan vakuola sel. Gejala mosaik akibat klorosis biasanya dimulai dari sepanjang tulang daun ke seluruh bagian daun.
c.       Bercak Bercincin (Ringspot)
            Gejala bercak bercincin merupakan gejala khas pada beberapa virus tumbuhan. Gejala pada bagian tanaman yang terinfeksi dilingkari garis berbentuk cincin yang merupakan sel yang terinfeksi. Selain berupa klorosis atau nekrosis, kadang- kadang gejala tersebut dapat berupa lingkaran terpusat.

d.      Layu (Wilting)
            Gejala layu sering diikuti oleh kematian tanaman seperti tanaman yang terinfeksi virus. Gejala layu itu merupakan akibat dari nekrosis pada sistem pembuluh tanaman. Sebagai contoh, tanaman tomat yang terinfeksi TSWV.
e.       Malabentuk Daun
            Malabentuk daun pada tanaman yang terinfeksi virus terjadi akibat reaksi fisiologi tanaman terhadap infeksi virus. Infeksi virus pada daun tanaman akan menimbulkan perubahan sitologi sel tanaman, seperti bentuk dan ukuran kloroplas, penggumpalan kloroplas, berkurangnya jumlah klorofil total daun, serta terjadinya penumpukan karbohidrat pada daun. Infeksi virus juga mengakibatkan berkurangnya sintesis protein tanaman.
B.     Gejala Internal Penyakit Virus
            Perubahan histologi pada bagian tanaman yang terinfeksi virus khususnya daun, daun lembaga, dan cabang tanaman, dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu nekrosis atau kematian sel, hiperplasia atau pertumbuhan sel yang berlebihan, serta hipoplasia atau penurunan pertumbuhan sel. Hipoplasia merupakan gejala yang muncul bersamaan dengan gejala mosaik, penurunan jumlah klorofil, tidak berkembangnya sel mesofil, dan tidak terdapatnya rongga antar-sel, seperti misalnya bagian daun yang menguning pada gejala mosaik.
            Perubahan histologi pada pembuluh ayak dapat dilihat pada jaringan yang terinfeksi virus, seperti tanaman kentang terinfeksi PLV (potato leafroll virus) yang menimbulkan nekrosis pada pembuluh tapis (floem). Pada tanaman tebu terinfeksi SBCTV (sugar beet curly top virus) terdapat penurunan pada pembuluh tapis disertai dengan pembentukan tabung tapis yang sangat banyak.
            Tanggap atau respon histologi tanaman yang diinfeksi virus adalah pembentukan badan inklusi dalam sel (intracellular inclusions). Gejala itu hanya terdapat pada tanaman yang terinfeksi virus. Ivanowski pada tahun 1903 adalah peneliti yang pertama kali melaporkan adanya badan inklusi dalam sel pada tanaman tembakau yang terinfeksi TMV. Badan inklusi itu ada yang berbentuk kristal tan-bentuk (tidak berbentuk) atau badan-X (X-bodies). Selain itu, dalam sitoplasma terdapat struktur yang berbentuk cakra (pinwheels). Struktur berbentuk cakra ini hanya ditemukan pada infeksi virus dari genus Potyvirus. Struktur cakra itu tidak mengandung virus sehingga tidak dapat menimbulkan infeksi pada tanaman.
            Badan inklusi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut.
Kelompok 1    : Hanya inklusi tan-bentuk saja. Inklusi berbentuk kristal tidak berbentuk kristal tidak terbentuk, contoh: badan tan-bentuk (amorf) pada Rumex acetose yang terserang virus WTV (wound tumor virus).
Kelompok 2    : Terdapat inklusi tan-bentuk dan kristal. Kristal terdapat di sitoplasma, jarang atau tidak pernah terdapat di inti, contoh: tembakau yang terinfeksi TMV, dan Vicia faba yang terserang CVMV (clover vein mosaic virus).
Kelompok 3    : Terdapat inklusi tan-bentuk dan kristal. Kristal terdapat di inti dan sitoplasma, contoh: pada Solanaceae yang terserang TEV.
Kelompok 4    : Wujud lain yang tidak biasa terdapat atau yang hanya dideskripsi sebagian (struktur yang berbentuk cakra), contoh: kacang tanah (Arachis hypogaea) yang terinfeksi PStV).
            Apabila inklusi berbentuk  kristal yang disebabkan oleh TMV diekstrak utuh dan diamati dengan mikroskop elektron, akan terlihat bahwa kristal tersebut terdiri atas virion partikel virus. Pembentukan inklusi yang berbentuk kristal ini biasanya terdapat pada serangan virus yang berbentuk tongkat.Virus yang berbentuk polihedron jarang menyebabkan terbentuknya badan inklusi yang berbentuk kristal, walaupun mikrokristal pernah ditemukan dalam sel Datura stramonium yang terinfeksi oleh TBSV (tomato bushy stunt virus).
            Badan inklusi dalam inti sel jarang ditemukan, namun infeksi TEV pada tanaman tembakau dan BYMV (bean yellow mosaic virus) padaVicia faba atau Phaseolus vulgaris dapat menimbulkan inklusi tersebut. Badan inklusi ini sering berkelompok dalam inti atau terdapat sebagai inklusi tunggal dalam inti. Tidak terdapat bukti bahwa inklusi dalam inti itu terdiri atas virus atau mengandung virus.




C.     Rangkuman
            Perubahan tanaman yang terinfeksi virus dari tanaman normal disebut sebagai gejala (symptom). Gangguan fisiologi tanaman mengakibatkan tanaman inang menunjukkan gejala di seluruh bagian tanaman (daun, cabang, buah) seperti bantut (stunting), perubahan warna daun, perubahan ukuran dan bentuk buah yang dihasilkan. Infeksi virus pada tanaman inang tidak hanya menimbulkan satu tipe gejala penyakit saja, tetapi dapat lebih dari satu. Contoh, tanaman yang menunjukkan gejala bantut bersamaan dengan gejala nekrosis. Kejadian pada tanaman inang akibat infeksi virus atau dampak total akibat virus disebut dengan istilah sindroma.
            Gejala lokal merupakan gejala yang hanya terbatas pada situs infeksi primer dan dalam virologi tumbuhan dikenal dengan istilah bercak lokal. Bercak lokal mempunyai ukuran yang beragam dan dapat dapat berupa klorosis karena hilang atau berkurangnya klorofil atau nekrosis karena terjadi kematian sel tanaman inang. Beberapa virus tidak dapat menyebar ke rgan tanaman yang lain dan gejala bercak lokal merupakan satu satunya gejala yang dapat dilihat. Virus yang diinokulasi pada tanaman inang tidak hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain dan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Infeksi yang demikian disebut juga dengan infeksi sitemik dan gejalanya secara umum disebut gejala sistemik. Gejala sistemik yang disebabkan oleh virus pada tanaman inang dapat dibagi menjadi gejala eksternal yang kasatmata dan gejala internal.
            Perubahan histologi pada tanaman terinfeksi virus khususnya pada daun, daun lembaga, dan cabang tanaman dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu nekrosis atau kematian sel, hiperplasia, dan hipoplasia. Hipoplasia merupakan gejala yang bersamaan dengan gejala mosaik, penurunan jumlah klorofil, tidak berkembangnya sel mesofil, dan tidak terdapatnya rongga antar-sel, seperti pada bagian daun yang menguning pada gejala mosaik. Respon atau tanggap histologi pada tanaman yang diinfeksi virus berupa pembentukan badan inklusi dalam sel (intracellular inclusions). Gejala itu hanya terdapat pada tanaman yang terinfeksi virus. Ivanowski (1903) adalah peneliti yang pertama kali melaporkan adanya badan inklusi dalam sel pada tanaman tembakau yang terinfeksi TMV. Badan inklusi itu ada yang berbentuk kristal dan tan-bentuk atau badan-X (X-bodies). Selain itu, dalam sitoplasma terdapat struktur yang berbentuk cakra (pinwheels).

D.    Daftar Pustaka
Akin, M.H. 1998. “Peanut stripe virus stain Indonesia: Variasi hayati Deteksi molekuler, pengklonan dan diterminasi nukleotida 3’ genom RNA PStV serta analisis keragaman dan filogenetika gen CP dan 3’UTR.” dalam:Disertasi.PPS-IPB, Bogor.
Akin, M.H. 2003. “Respon beberapa genotipe kedelai terhadap CPMMV (copea mild mottle virus).” dalam: Jurnal Hama dan Penyaki Tumbuhan Tropika,3 (2): 47-50.
Baliadi, Y., N. Saleh, 1989. “Pendugaan kehilangan hasil akibat serangan peanut stripe virus pada kacang tanah.” dalam: Risalah Seminar Penelitian Tanaman Pangan, tahun 1989. Hlmn: 11-14.
Basu A.N. and B.K. Giri. 1992. The essential of Viruses, Vectors, Plant Diseases. Wiley Eastern Limited. Bombay. 242 p.
Black,L.L.,S.K.Green,G.L.Hartman, and J.M.Poulos.1991. Pepper diseases: A field Guide. Asian Vegetable Research and Development Center. 98 p.
Fitriani, D. 2002. “Evaluasi Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merril) terhadap Soybean Stunt Virus (SSV) dan Pengaruhnya terhadap Kehilangan Hasil.” dalam: Skripsi. Universitas Lampung. 60 hlm.
Gibbs, A., and B. Harrison. 1980. Plant Virology. 3rd Ed. Academic Press. New York.
Kameya, M. 2001. Virus diseases of soybean in southeast countries. http://www/fftc.agnet.org/library/article/th2001006.htm
Rycbicki.1999. Maize Streak Virus. http://www.mcb.uct.ac.za//msv/msv_symptoms.htm
Sikora, J.S.1998. Virus diseases of tomato. http://www.ace.edu./pubs/docs/A/ANR0836
Zitter, T.A. and M.L. Daugtrey.1989. Tomato spotted wilt virus. http://vegetablemdonline.ppath.cornell.edu/factsheet./virus_spottedWilt.htm
Zitter,T.A. and D. Florine. 1989. Virus disease of pepper. http:// vegetablemdonline.ppath.cornell.edu/factsheet./virus_pepper.htm


E.     Pelatihan
1.      Secara umum gejala eksternal dapat diakibatkan oleh (1) , pada sel yang diinokulasi dan (2)  akibat penyebaran virus dari situs infeksi primer ke bagian lain dari tanaman inang.
2.      Gejala lokal dibedakan dengan jaringan sekitarnya yang berbentuk (1) dan dalam virologi tumbuhan gejala itu disebut sebagai gejala (2)
3.      Bercak lokal dapat berupa (1) hilang atau berkurangnya klorofil atau (2) karena terjadi kematian sel tanaman inang pada situs infeksi primer.
4.      Jelaskan beberapa kelompok badan inklusi yang terdapat dalam sel tanaman yang terinfeksi virus!

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH POPULASI, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM

Fungisida merek fujiwan 400EC untuk penyakit blas pada tanaman padi

PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (SPODOPTERA LITURA) PADA TANAMAN CABAI