Fisiologi Penyakit Virus Tumbuhan
A.
Fisiologi
Penyakit Virus Tumbuhan
Fisiologi penyakit virus tumbuhan
membahas mengenai mekanisme timbulnya penyakit, dampak infeksi virus pada
pertumbuhan tanaman inang , dan pengaruh lingkungan terhadap timbulnya
penyakit. Bab ini terdiri atas tiga sub pokok bahasan, yaitu (1) pengaruh
infeksi virus terhadap tanaman inang; (2) fisiologi pengimbasan penyakit virus,
dan (3) perpindahan virus dalam tanaman inang.
1.
Pengaruh Infeksi Virus
terhadap Tanaman Inang
Pengaruh
infksi virus terhadap sintesis makromolekul diamati pada penurunan sintesis
asam nukleat, protein, dan karbohidrat. Sementara itu, infeksi virus terhadap
fotosintesis tanaman inang diamati pada pengaruh infeksi virus terhadap
berkurangnya laju fotosintesis tanaman inang.
a. Asam Nukleat
Asam
Nukleat terdiri atas dua jenis molekul, yaitu DNA dan RNA. DNA terdapat dalam
inti sel, mitokondria, serta kloroplas dan berfungsi sebagai penyusun gen yang
menyandikan protein. Sementara, RNA terdiri atas tiga jenis, yaitu mRNA (duta
RNA), tRNA (transfer RNA), dan rRNA (RNA ribosom). RNA disintesis dalam inti
sel, mitokondria, dan kloroplas, yang selanjutnya digunakan dalam sintesis
protein.
Konsentrasi
RNA ribosom (rRNA) pada tanaman terinfeksi virus beragam, tergantung pada virus
dan strain virus, tanaman inang, dan lama tanaman mengalami infeksi virus.
Hasil pengamatan pada tanaman tembakau menunjukkan bahwa infeksi TMV akan
menurunkan sintesis rRNA pada kloroplas, tetapi tidak mempengaruhi sintesis
rRNA pada inti. Pengaruh infeksi TMV tehadap sintesis rRNA dipengaruhi oleh
umur daun. Infeksi pada daun muda akan menghambat sintesis rRNA, sedangkan pada
daun yang sudah tumbuh sempurna, infeksi TMV tidak menghambat sintesis rRNA,
tetapi menghambat penumpukan rRNA kloroplas.
Sintesis
DNA dalam inti sel tidak dipengaruhi
oleh ada atau tidaknya infeksi virus, tetapi sintesis DNA dalam mitokondria dan
kloroplas dipengaruhi oleh infeksi virus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sintesis DNA dalam kloroplas akan menurun pada tanaman terinfeksi sejalan
dengan berkurangnya pembentukan kloroplas.
b. Protein
Menkanisme
sel tanaman menyintesis protein irus telah dijelaskan dalam bab terdahulu.
Pemakaian komponen metabolit tanaman
untuk sintesis protein virus, seperti enzimm, asam amino, dan ribosom,
mengakibatkan tanaman mengalami kahat mmetabolit yang secara langsung akan
menurunkan sintesis protein tanaman.
Infeksi
virus juga menurunkan kandungan protein tanaman yang dapat diamati pada
analisis kandungan nitrogen, poliribosom, dan pemfraksian protein, sebagai
berikut
1) Kandungan Nitrogen
Kandungan
nitrogen pada tanaman tembakau yang terinfeksi TMV memperlihatkan bahwa 30%
protein dalam tanaman terinfeksi berada dalam bentuk protein virus. Kandungan
nitrogen itu meningkat mencapai 60% pada tanaman yang diberi pupuk fosfat
tetapi kahat nitrogen (Matthews, 1992)
2)
Poliribosom
Poliribosom adalah ribosom yang tidak terikat
pada retikulum endoplasma. Dalam sintesis protein, poliribosom lebih berperan
dalam sintesis virus dari pada sintesis protein tanaman. Hasil penelitian
Randles dan Coleman (1972), menunjukkan bahwa kandungan poliribosom tanaman
akan menurun saat aktivitas sintesis virus yang tinggi, yang biasanya terjadi
sbelum gejala penyakit timbul.
3) Pemfraksian Protein
Analisis
ultrasentrifus telah digunakan untuk melihat pengaruh infeksi virus terhadap
protein pada daun tanaman. Dua fraksi protein pada daun yang dianalisis, yaitu
fraksi I adalah enzim ribulosa 1-5-bisfosfat karboksilase dan fraksi II adalah
protein yang terlarut dalam daun. Pada tanaman kubis (Chines cobbage) yang terinfeksi TYMV (trnip yellow mosaic virus), protein fraksi II menurun 25% dibanding
tanaman yang tidak terinfeksi virus dan tidak terdapat penurunan protein
fraksinasi protein I.
Tanaman terinfeksi mengandung senyawa nitrogen
lebih rendah daripada dalam tanaman sehat. Hal itu kemungkinan disebabkan
karena nitrogen lebih banyak digunakan untuk membentuk virus. Total nitrogen
yang digunakan untuk membentuk virion meliputi 33% - 65% dari total nitrogen
dalam tanaman. Sebalinya, apabila tanaman dipupuk dengan pupuk nitrogrn yang
tinggi, maka total nitrogen dalam tanaman sakit menjadi lebih tinggi daripada
yang terdapat dalam tanaman sehat, terutama setelah fase sintesis virus
selesai.
Dampak
infeksi virus pada senyawa yang mengandung nitrogen, seperti pada zat pengatur
tumbuh dan senyawa fenol sering dianggap.
c. Karbohidrat
Infeksi virus akan memengaruhi fiksasi
CO2 (fotosintesis) dan laju penumpukan karbohidrat. Tanaman kentang
yang terinfeksi PLRV (potato leaf roll
virus) akan mengalami penumpukan karbohidrat pada daun 2-3 kali bila
dibandingkan dengan tanaman normal, tetapi mengalami penurunan penumpukan
karbohidrat dalam umbi. Walaupun
nekrosis dalam jaringan pembuluh ayak sebagai salah satu penyebabnya, tetapi
penumpukan karbohidrat itu sudah dimulai terjadi saat pembuluh ayak belum
mengalami nekrosis. Perubahan permeabilitas selaput sel dan aktifitas enzim
akibat infeksi virus memyebabkan terjadinya hambatan pemindahan fotosintat dari
daun ke bagian tanaman yang lain.
B.
Fotosintesis
Tanaman
1) Fotosintesis
Tanaman Sehat
Reaksi yang berlangsung selama
fotosintesis dapat di kelompokkan menjadi dua yaitu, reaksi pemindahan elekton
atau reaksi terang dan reaksi fiksasi karbon atau reaksi gelap.
Pada reaksi pemindahan elekton atau
reaksi terang, energi dari sinar matahari akan ditangkap oleh klorofil. Energi
akan memompa proton melintasi selaput tilakoid dan menghasilkan proton
berenergi dan menghasilkan ATP dalam stroma. Pada waktu yang sama, reaksi
pemindahan elektron menghasilkan elektron berenergi tinggi yang dapat mengubah
NADPH+ menjadi NADPH. Pada
proses itu, molekul air (H2O) dioksidasi sebagai donor elektron
untuk NADPH dan melepaskan molekul O2.
Pada reaksi fiksasi karbon atau reaksi
gelap, ATP dan NADPH yang di hasilkan pada reaksi terang digunakan sebagai
energi untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat. Reaksi ini dimulai
dalam stroma kloroplas dan diteruskan dalam sitoplasma yang menghasilkan
sukrosa dalam daun tanaman. Sukrosa dalam daun dipindah ke bagian lain tanaman
dan digunakan sebagai bahan dalam pembentukan molekul organik dan energi bagi
pertumbuhan tanaman.
2) Fotosintesis
Tanaman Sakit
Penurunan fotosintesis pada tanaman
terinfeksi virus yang menunjukkan gejala mosaik atau menguning (yellowing) merupakan akibat dari
penurunannya efisiensi kloroplas. Pada daun yang terinfeksi virus akan terjadi
perubahan bentuk, ukuran, dan penggumpalan kloroplas, serta penumpukan pati.
Infeksi virus mengakibatkan terjadinya penurunan proses biokimia kloroplas,
serta penurunan pigmen fotosintesis lainnya, seperti karoten dan xantafil.
Infeksi virus juga akan menurunkan kandungan klorofil total daun.
Selama replika virus, CO2 yang pada fotosintesis tanaman normal
seharusnya menjadi karbohidrat, pada tanaman terinfeksi virus cendrung mengarah
menjadi asam organik, seperti asam amino. Infeksi virus juga menyebabkan jumlah
dan aktifitas ribulose-1, 5-bisfosfat karboksilase nurun. Infeksi virus akan
menurunkan laju fiksasi CO2 mencapai
50%.
2. Pengimbasan
Penyakit Virus Tumbuhan
Virus tumbuhan tidak dapat melakukan
penetrasi langsung untuk memulai infeksi sel tanaman inang tanpa adanya bantuan
yang mampu mengantarkan virus masuk ke dalam sitoplasma sel tumbuhan. Berbeda
dengan bakteri patogen tumbuhan yang dapat memperbanyak diridalam ruang
intersel, Virus harus berada dalam sel agar dapat melakukan replikasi. Oleh
sebab itu, untuk menginfeksi tanaman inang, virus harus di bantu oleh vektor
(serangga,tungau,nematoda,atau jamur) atau melalui luka yang terjadi secara
mekanis.
a) Mekanisme
virus menimbulkan penyakit
Replika
virus melibatkan organisasi sel dan
metabolit inang untuk memperbanyak virus dalam sel inang. Dari pemahaman
replikasi virus, dapat diketahui bagaimana virus dapat mengimbas penyakit pada
tanaman inang melalui proses molekul dan biokimia. Tiga cara virus dapat
mengimbas penyakit pada tanaman inang, yaitu penggunaan hasil metabolisme
tanaman untuk sintesis virus, penumpukan virion atau bagian dari virus dan dari
polipeptida tak terstrukurkhas yang di sandikan oleh gen virus.
Gejala
penyakit pada tanaman inang dapat diimbasi akibat penggunaan hasil metabolisme
atau nutrisi tanaman untuk sintesis virus, sehingga tumbuhan akan mengalami
kahat metabolit, seperti asam amino, energi (ATP), nekleotida, dan enzim.
Gejala penyakit pada tanaman inang juga dapat terjadi akibat penumpukan virion
atau begian dari virus, seperti subunit protein selubung, genom virus, dan
komponen lain virus yang menimbulkan reaksi patologis pada tanaman inang.
Gejala penyakit pada tanaman inang dapat terjadi akibat dampak dari polipeptida
nonstruktur khas yang di sandikan oleh gen virus.
b) Dampak
Infeksi Virus pada Pertumbuhan Tanaman
Infeksi
virus umum akan mengurangi pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman inang.
Banyak penelitian membuktikan bahwa infeksi virus menurunkan pertumbuhan
tanaman, menurunkan hasil dan komponen hasil dan komponen hasil tanaman,
Beberapa mekanisme virus menyebabkan berkurangnya pertumbuhan tanaman yang di
tunjukkan oleh gejala terantut (stunting). Tiga mekanisme fidiologi yang dapat
menimbulkan penghambat pertumbuhan tanaman, yaitu perubahan aktivitas hormon
pertumbuhan tanaman, berkurangnya hasil fotosintesis yang dapat di manfaatkan
tanaman, dan berkurangnya kemampuan tanaman dalam pengambilan nutrisi.
c) Faktor
yang Mempengaruhi Penyakit Virus
Timbulnya
penyakit virus dipengaruhi faktor tanaman inang, virus, dan lingkungan. Penyakit
virus terjadi apabila strain virus yang menyerang bersifat virulen, tanaman
yang di serang rantan, dan kondisi lingkungan saat itu mendukung perkembangan
penyakit.
1) Faktor
Tanaman Inang
Faktor
tanaman inang yang mempengaruhi infeksi dan penyakit virus adalah umur dan
genotipe tanaman. Pada infeksi sistemik, Umur tanaman memengaruhi penyebaran
virus dalam tanaman inang. Makin tua tanaman saat terinfeksi terus, makin
terbatas penyebaran virus dalam tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tanaman tomat yang sudah tua, bila diinokulasi dengan TMV pada daun yang masih
muda, TMV hanya akan tersebar pada daun
bagian atas tanaman, sedangkan daun yang lebih tua pada bagian bawah tidak
mengalami infeksi. Pengamatan lain dilakukan pada tanaman kentang yang
dinokulasi dengan PVY (potato virus
Y) inokulasi PVY pada tanaman yang berumur 8 minggu mengakibatkan 100% umbi
yang terbentuk mengandung virus. Namun apabila inokulasi dilakukan pada umur 13
minggu, hanya 25% umbi yang mengandung virus.
Genotipe
tanaman memengaruhi reaksi tanaman terhadap virus. Sifat tahan tanaman terhadap
virus dikendalikan oleh gen tanaman. Sebagai contoh, ketahanan tanaman tembakau
dikendalikan oleh gen dominan NN. Tanaman tembakau (Nicotiana tabaccum varietas Xanthi) yang mempunyai genotipe NN dan
Nn memberikan reaksi tahan terhadap TMV. Sebaliknya, tanaman dengan genotipe nn
memberikan reaksi rentan terhadap infeksi TMV. Reaksi tanaman inang terhadap
infeksi virus dapat dibagi menjadi empat, sebagai berikut.
·
Tahan, apabilla tanaman
hanya mengalami sedikit infeksi atau infeksi yang terbatas
·
Hipersensitif, apabila
tanaman menunjukkan gejala bercak lokal nekrosis pada situs infeksi dan virus
tidak tersebar kebagian lain dari tanaman
·
Toleran, apabila virus
menginfeksi tanaman dan terebar ke bagian lain tanaman seperti halnya pada
tanaman yang rentan tetapi hasil tanaman itu tidak mengalami penurunan yang
signifikan.
·
Rentan, apabila tanaman
menunjukkan gejala yang parah dan diikuti dengan penurunan hasil yang tinggi.
2) Faktor
Lingkungan
Kondisi
lingkungan tempat tanaman tumbuh memengaruhi infeksi virus. Kondisi lingkungan
sebelum inokulasi, saat inokulasi dan pasca inokulasi virus akan memengaruhi
kerentanan tanaman terhadap virus. Tanaman yang tahan pada kondisi tertentu
dapat menjadi rentan pada kondisi yang lain. Apabila infeksi virus sudah
terjadi, kondisi lingkungan akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya konsentrasi
virus serta perkembangan gejala menjadi berat atau tak bergejala (infeksi
laten). Pada tanaman dalam rumah kaca, beberapa kondisi lingkungan yang
menyebabkan tanaman rentan terhadap infeksi virus adalah ketersidiaan hara dan
air yang tidak menghambat pertumbuhan tanaman, sinar matahari yang sedang
sampai rendah, suhu yang berkisar 180 C-300 C dan inokulasi yang
dilakukan pada sore hari.
3) Daur
Infeksi Virus Tumbuhan
Virus
masuk kedalam sitoplasma melalui bantuan vektor atau pelukaan secara mekanis.
Setelah berada dalam sitoplasma sel inang, virus melepaskan genom virus (asam
nukleat DNA atau RNA) dari virion (uncoating).
Selanjutnya, asam nukleat virus bergabung dengan perangkap metabolisme inang
untuk translasi protein virus. Ekspresi gen virus di perlukan untuk replikasi genom virus dan patogenesis
virus. Replikasi genom virus dan patogenesis virus . Replikasi genom virus di
tunjukkan untuk sintesis virus baru (DNA atau RNA). Penyusunan virion baru
melalui pembungkusan genom virus oleh subunit protein membentuk kapsit virus.
Setelah terbentuk virus baru, terjadi perpindahan virus ke sel sekitarnya
melalui plasmodesmata. Selain itu, perpindahan jarak jauh terjadi melalui
sistem pemnbuluh tanaman inang.
3. Perpindahan
Virus dalam Tanaman Inang
Perpindahan
virus dalam infeksi sistemik tanaman inang dibedakan menjadi dua, yaitu
perpindahan jarak dekat dan jauh. Perpindahan jarak dekat merupakan perpindahan
antar-sel yang berdekatan yang terjadi melalui plasmodesmata. Perpindahan jarak
jauh merupakan perpindahan dari satu organ tanaman ke organ yang lain melaui
sistem pembuluh
Kecepatan
perpindahan virus dari sel berbeda tergantung dari jenis dan umur sel tumbuhan.
Kecepatan perpindahan virus lebih lebih tinggi jika virus melalui sel yang
panjang dan muda di bandingkan melalui sel yang bulat dan tua. Virus juga
perpindah lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, karena sel parenkim daun,
virus bergerak sepanjamg 1 mm per hari atau dapat melaui 8-10 sel.
a.
Perpindahan Jarak Jauh
Virus
berpindahan ke luar dari daun yang diinokulas ke bagian lain tnaman melalui
sistem pembuluh. Infeksi yang demikian dikenal dengainfeksi sistemik. Beberapa
jenis virus berpindah dalam bentuk virion dari satu bagian tanaman ke bagian
lain, seperti red clover mosaic virus (RCNMV). Namun, tomato bushy
stunt virus (TBSV) berpindah jara jauh dalam bentuk asam nukleat.
Berpindahan
virus terjadi melalui sistem pembuluh tanaman dan umumnya terjadi melalui
pembuluh ayak. Melalui pembuluh ayak, virus dapat berpindah 15 cm dalam 6 menit
pertama, sebaiknya, kebanyakan virus memerlukan 2-5 hari atau lebih untuk
berpindah ke luar dari daun yang diinokulasi. Setelah masuk dalam pembuluh
ayak, virus bergerak cepat menuju tempat yang sedang tumbuh (meristem pucuk)
atau bagian lain yang mengunakan banyak zat makanan, seperti dan rimpang,
sebagai contoh, virus kentang (potato virus Y/PVY) dinokulasi pada daun bawah
tanaman kentang muda, virus akan bergerak cepat bagian atas. Namun , jika
tanaman yang diinokulasi telah membentuk umbi, virus tidak bergerak ke atas
selama leih dri 30 hari, kemudian virus tersebut akan bergerak ke bawah menuju
umbi. Hal ini menunjukan bahwa di alam pembuluk ayak, virus pada umunya
bergerak searah dengan hasil fotointesis dalam pembuluh ayak. Sebaiknya,
terdapat bukti bahwa virus bergerak melalui batang san akar berawnan dengan
arah penggakutan makanan. Kebanyakan virus berpinda dari satu rgan ke organ
tanaman yang lain melalui pembuluh ayak, tetapi khusus virus yang di tularkan
oleh kumbang dapat berpindah melalui pembluh tpis. beberapa virus, seperti ADV
(alfalfa dwarf virus ) diketahui dengan pasti menyebar dalam pembuluh
tapis dan terbatas dalam pembuluh ini saja , virus lain, SBMV (southern bean
mosaic virus), juga bergerak melalui pembuluh tapis walaupun tidak terbatas
dalam pembuluh tapis saja, karena dapat bergerak dalam parenkim dan untuk jarak
jauh melalui pembuluh ayak.
Virus
yang melalui pembuluh ayak dan tapis belem diketahui dengan pasti apakah selalu
dalam bentuk asam nukleat atau virion, tetapi kebanyakan berupa virion.
Timbulnya gejala bercak lokal telah dianggap sebagai petunjuk bahwa ada
pembatasan virion dalam daerahnekrotis. Pada infeksi sistemik, beberapa virus
yang dipindahkan melalui pembuluh ayak dan tapis agaknya terbatas pada jaringan
ini saja pada beberapa sel parenkim yang berdekatan. Sifat ini terdapat pada
kebanyakan penyakit tipe kuning (potato yellow dwarf) dan dua virus yang
terbatas melalui pembuluh tapis yaitu yang menyebabkan alfalfa dwarf dan
penyakit phony peach. virus yang menyebabkan penyakit tipe mosaik tidak
terbatas pada jaringan tertentu, walaupun mungkin ada perbedaan pola dari
lokalisasi. Dalam tia sel tanaman yang terinfeksi virus mosaik, diperkiakan
mengandung antara 100 ribu sampai 10 juta virion. Penyebaran yang sistematik
terdapat di semua sel tumbuhan yang hidup.
b.
Perpindahan Jarak Dekat
Perpindahan
jarak dekat atau pendek adalah perpindahan virus dari sel ke sel yang terdekat.
Perpindahan virus dari satu sel ke sel yang berdekatan terjdi melalui
plasmodesmata. Semula, muncul anggapan bahwa pepindahan virus dari sel ke sel
terjadi melalui difusi yang pasif ,tetapi pada saatini banyak daa pelitian menuukan
bawa perpindahan virus dari sel ke sel terjad melalui proses aktif dibantu oleh
protein yang disandikan oleh gen virus. Protein virus yang berperan dalam
perpindahan virus dikenal sebagai protein pergerakan (movement protein). Selain
itu, beberapa faktoryang berasal dari tanaman inang yang juga berperan dalam
perpindahan virussapai saat ini belum teridentifikasi.
Ada dua
mekanisme perpindahan virus tumbuhan dari sel ke sel dan salah satu mekanisme
perpindahan tersebut ditunjukan oleh TMV. Protein TMV yang terjadi perantara
perpindahan membetuk komplek dengan nukleoprotein untuk melewati plasmodesmata.
Mekanisme lain ditemukan pada CPMV (cowpea mosaic virus) yang berpindah
melaluiprotein yang mebentuk struktur tabung dan bersama virion berpindah dari
sel ke sel. Walaupun kedua protein tersebut disebut protein pergerakan tetapi
secara biokimia fungsinya berbeda.
Protein yang
berperan dalam perpindahan virus dari sel ke sel ditemukan secara tidak sengaja
dengan mengamati mutan TMV yang pea terhadap suhu. Mutan tersebut akan menyebar
melalui perpindahan dar sel ke sel dalam tanaman inang pada suhu rendah (25oC) tetapi tidak pada suhu tinggi (32oC).
Mutan tersebut dapat berepikasi pada suhu 32oC di dalam protoplasma,
yang menunjukan bahwa suhu tida meghamat replikasi virus. Pemetaan polipetida
dalam siptoplasma menunjukkan bahwa tedapat perbedaan protein yang disandikan
TMV pada kedua suhu, yaitu pada suhu 25oC ditemukan protein 30 Kd
(p30) yang berfugsi sebagai movement protein.
Welcome to the Best Casino in India | Jtm Hub
ReplyDeleteAll 대구광역 출장안마 the 군포 출장안마 top-class slots, table games 평택 출장안마 and video poker are available 광양 출장마사지 at the most attractive prices and the 경상북도 출장샵 most convenient payouts. JT Rewards