Memproteksi berbagai jenis tanaman dari serangan virus dengan carna 5



BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang

Carna 5 merupakan kepanjangan dari Cucumber Mosaic Virus associated RNA 5, yaitu RNA nomor 5 yang berasosiasi dengan CMV. Maksudnya adalah bahwa RNA nomor 5 sebagai asam nukleat tambahan yang tidak diperlukan oleh virus untuk memperbanyak diri, tetapi pada keadaan tertentu perkembangan RNA 5 lebih banyak daripada perkembangan CMV-nya sendiri (bersifat parasit). Jika keadaan seperti ini terjadi pada tanaman krisan, maka gejala yang muncul akibat infeksi CMV akan tidak nampak atau gejalanya ringan, dan tanaman krisan akan tampak sehat. Aplikasi vaksin Carna 5 sebaiknya pada saat tanaman krisan masih muda, karena memberi kesempatan bagi vaksin untuk menyebar dan berkembang keseluruh jaringan tanaman krisan secara sistemik.

Perlakuan Vaksin Carna 5
Pada beberapa tanaman tanaman caba,perlakuan vaksin Carna 5 secara mekanis ekstraknya dioleskan pada daun tanaman setelah sebelumnya ditaburi serbuk carborandum 600 mesh. Perlakuan vaksin Carna 5 pada tanaman krisan agak berbeda yaitu dengan penyambungan (grafting) dari tanaman tembakau atau kumis kucing yang dipastikan sebelumnya mengandung vaksin Carna 5 ke tanaman krisan. Hal ini disebabkan perlakuan vaksin Carna 5 terhadap tanaman krisan secara mekanis hasilnya kurang memuaskan. Kemudian tanaman krisan hasil sambungan dideteksi untuk dipastikan keberadaan vaksin Carna 5. Tanaman krisan hasil sambungan yang sudah mengandung vaksin Carna 5 dapat diperbanyak atau disambungkan ke tanaman krisan lain. Selanjutnya tanaman krisan hasil sambungan dapat diperbanyak secara vegetatif untuk memenuhi kebutuhan bibit krisan yang sudah mengandung vaksin Carna


TUJUAN

Memproteksi berbagai jenis tanaman dari serangan virus

-Mentimun
-Cabai
-Bunga krisan












RUANG LINGKUP MATERI

Krisan (Dendranthema spp.) merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang dewasa ini banyak dibudidayakan secara komersial di Indonesia. Tiap tahun lebih dari dua juta tangkai bunga krisan dibutuhkan oleh pasar domestik. Konsumsi bunga krisan diperkirakan bertambah sekitar 11,3% per tahun, bahkan semakin meningkat. Untuk mengantisipasi permintaan yang terus meningkat maka produksi bunga krisan harus ditingkatkan. Kebutuhan benihnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun menuntut penyediaan benih bermutu yang bebas penyakit sistemik, khususnya virus. Sebagian besar tanaman hias yang dibudidayakan sekarang ini, termasuk krisan, bibitnya diperbanyak secara vegetatif. Jika tanaman krisan tersebut terinfeksi sejenis penyakit sistemik yang laten (virus, viroid dan fitoplasma), maka patogen tadi akan ditularkan ke bibit berikutnya melalui cara perbanyakan vegetatif. Infeksi tersebut dapat terjadi berulang-ulang yang akhirnya menyebabkan vigor dan daya hasilnya makin menurun yang disebut degenerasi bibit. Disamping itu tanaman sakit tadi dapat merupakan sumber inokulum bagi tanaman lainnya. Mengingat sebaran inangnya yang luas, maka kultivar tanaman hias yang rentan perlu dihindari atau diproteksi dari infeksi CMV tersebut. Jika sudah demikian, maka pengusaha bibit biasanya mengimpor lagi bibit krisan baru dari negara asalnya.

Dalam menghadapi era globalisasi produsen tanaman hias dituntut untuk menghasilkan produk yang prima, yaitu produk yang sehat tanpa cacat secara kualitas maupun kuantitas. Tuntutan konsumen tersebut mengacu pada standar ekolabel, yaitu International Standard Organization (ISO). ISO-9000, memuat ketentuan tentang jaminan pengelolaan mutu produk dan ISO-14000 yang memuat ketentuan tentang jaminan pengelolaan lingkungan.

Salah satu kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan jenis tanaman hias tersebut adalah masalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Bibit krisan tersebut sebenarnya dapat dipertahankan vigornya, jika infeksi virusnya dapat dihindari. Di Eropa disyaratkan bahwa bibit krisan harus bebas dari beberapa virus/viroid diantaranya CMV. Berdasarkan informasi terdahulu, diketahui bahwa ada dua jenis virus yang dijumpai pada tanaman krisan di sekitar Cipanas (Cianjur), di antaranya CMV.
CMV dapat menyerang berbagai jenis tanaman yang tercakup lebih dari 1000 species dari 100 famili (monokotil dan dikotil) dan dapat ditularkan oleh 86 species aphid secara nonpersisten. Di Taiwan, CMV menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti pada paprika, tomat, gladiol dan pisang.
Pengaruh infeksi CMV terhadap produksi pada komoditas krisan di Indonesia belum pernah dilaporkan. Walaupun demikian, virus tersebut diduga ikut berperan sebagai penyebab adanya degenerasi pada tanaman krisan, karena tanaman tersebut diperbanyak secara vegetatif terus menerus. Di Eropa dilaporkan bahwa CMV dapat menyebabkan pengurangan ukuran bunga 5%, serta pengurangan panjang batang 11% dari ukuran normal.
Tanaman krisan diperbanyak secara vegetatif melalui stek pucuk. Infeksi patogen yang bersifat sistemik, khususnya CMV, biasanya diturunkan dari induk ke turunannya melalui cara perbanyakan tersebut. Jika tanaman sumber stek sudah terinfeksi oleh virus, maka stek-stek yang dihasilkan dari tanaman tersebut akan terinfeksi pula oleh virus.
Pengendalian virus dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti : tanaman resisten, pengendalian vektornya, isolasi dan proteksi silang. Bagi kultivar yang rentan, akan sulit menghindarkannya dari terjadinya reinfeksi oleh virus yang sama. Setelah ditanam di lapang beberapa musim, maka akan terjadi degenerasi kembali. Salah satu usaha yang telah dicoba untuk mengurangi dampak infeksi virus pada tanaman yaitu melalui proteksi silang.
Untuk pengendalian CMV, proteksi silang yang digunakan yaitu isolat-isolat yang menjadi lemah karena kehadiran satelit Carna 5. Di Indonesia isolat lemah CMV (vaksin) ini telah diuji kemangkusannya pada tanaman tomat dan cabai. Pada krisan penelitian uji kemangkusannya sudah berhasil dilaksanakan.




























Penyakit virus kuning salah satu ancaman serius pembudidaya cabai. Penyakit yang ditularkan oleh kutu kebul Bemisia tabaci itu menyebabkan produksi anjlok hingga 60—70%. Cabai terserang menunjukkan gejala bercak kuning pada tulang daun muda atau pucuk. Bercak itu berkembang menjadi urat daun menjaring kekuningan (vein clearing ), cekung, dan mengerut dengan warna mosaik ringan atau kuning. Gejala berikutnya hampir seluruh daun muda atau pucuk terserang menguning. Daun keriting ke atas dan menebal. Dampak dari serangan itu adalah fotosintesis terhambat sehingga tanaman menjadi kerdil.
B. tabaci yang menularkan virus kuning merupakan kutu kebul putih sepanjang 1—1,5 mm. Makhluk liliput itu tergolong polifag— punya banyak inang,
red—dan hidupnya menyebar luas sehingga sulit dikendalikan. Anggota genus Aleyrodidae itu menularkan virus secara persisten, yaitu sekali memakan tanaman terserang dapat menularkan virus sepanjang hidupnya. Di Indonesia budidaya cabai yang dilakukan terus-menerus, membuat penularan virus kuning lebih cepat

Penanganan serupa bisa dilakukan untuk mengatasi virus mosaik mentimun ( cucumber mosaic virus -CMV). Virus itu ditularkan oleh kutu daun—lebih dari 60 spesies terutama jenis Aphis gossypii dan Myzus persicae—kumbang mentimun, dan lewat perantaraan manusia.
Gejala serangan antara lain dicirikan tanaman kerdil, tulang daun menguning, daun belang hijau muda atau tua, dan ukuran daun mengecil. Tulang daun menonjol dan berkelok dengan pinggiran daun bergelombang. Daun pun tidak bakal tumbuh sempurna.







DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

Vaksin carna-5 dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan CMV dengan jalan disemprotkan pada tanaman cabai yang telah mempunyai 3—4 daun sejati. Caranya, 1 g carna-5 dilarutkan dalam 10 ml air, lantas disemprotkan merata ke seluruh tanaman. Tujuannya merangsang cabai membentuk ketahanan sistemik terhadap virus. Mafhum dalam tanaman carna-5 akan terus diproduksi seiring multiplikasi virus itu sendiri.
Carna-5 disintesis lebih cepat daripada RNA 1,2,3 atau 4, sehingga menjadi parasit bagi virus mosaik mentimun. Penggunaan carna-5 itu bisa ditambahkan zat aditif natrium sulfit (Na 2 SO3 ) dan Polivinil pirolidon (PVP) sehingga mendongkrak hasil panen antara 10,58%—58,76%. Carna-5 dapat diperbanyak terlebih dahulu pada tanaman tembakau varietas Xanthi nc. (Dr Ahsol Hasyim, Ir Neni Gunaeni, dan Dr Eri Sofiari, ketiganya periset di Kementerian Pertanian RI)














PEMBAHASAN

Carna-5 dapat diperbanyak terlebih dahulu pada tanaman tembakau varietas Xanthi nc.

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH POPULASI, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM

Fungisida merek fujiwan 400EC untuk penyakit blas pada tanaman padi

PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (SPODOPTERA LITURA) PADA TANAMAN CABAI