Teknik irigasi dan drainase



Bab I
Latar Belakang


Irigasi memegang peran sangat penting sebab tanaman yang membutuhkan pengairan cukup tidak hanya membutuhkan supply air pada awal penanaman atau masa-masa tertentu saja, akan tetapi pada seluruh periode, Beragamnya sistem irigasi yang dimiliki petani Indonesia merupakan suatu keniscayaan mengingat sejarah panjang irigasi serta beragamnya model tanah yang menjadi lahan pertanian.

Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan buatan.

Tujuan

Teknik irigasi dan drainase

















Ruang lingkup materi

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia, pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu.
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya), Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.





















Bab II
Dasar Teori

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram, Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno .

Definisi lainnya, drainase lahan pertanian adalah suatu usaha membuang kelebihan air secara alamiah atau buatan dari permukaan tanah atau dari dalam tanah untuk menghindari pengaruh yang merugikan terhadap pertumbuhan tanaman. Pada lahan bergelombang drainase lebih berkaitan dengan pengendalian erosi, sedangkan pada lahan rendah (datar) lebih berkaitan dengan produksi.
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya), Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.









Bab III
Pembahasan


.I.Irigasi
1. Irigasi Permukaan
Irigasi macam ini umumnya dianggap sebagai irigasi paling kuno di Indonesia. Tekniknya adalah dengan mengambil air dari sumbernya, biasanya sungai, menggunakan bangunan berupa bendungan atau pengambilan bebas, air kemudian disalurkan ke lahan pertanian menggunakan pipa atau selang memanfaatkan daya gravitasi, sehingga tanah yang lebih tinggi akan terlebih dahulu mendapat asupan air. Penyaluran air yang demikian terjadi secara teratur dalam ‘jadwal’ dan volume yang telah ditentukan.
2. Irigasi Bawah Permukaan
Seperti namanya, jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan bawah pada lapisan tanah untuk meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar menggunakan pipa bawah tanah atau saluran terbuka. Digerakkan oleh gaya kapiler, lengas tanah berpindah menuju daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan demikian, irigasi jenis ini menyasar bagian akar dengan memberinya asupan nutrisi sehingga dapat disalurkan ke bagian lain tumbuhan dan dapat memaksimalkan fungsi akar menopang tumbuhan.
3. Irigasi dengan Pancaran
Dibanding dua irigasi sebelumnya, irigasi ini terbilang lebih modern karena memang baru dikembangkan belakangan. Caranya adalah dengan menyalurkan air dari sumbernya ke daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan yang menjadi sasaran, ujung pipa disumbat menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah sehingga muncul pancaran air layaknya hujan yang pertama kali membasahi bagian atas tumbuhan kemudian bagian bawah dan barulah bagian di dalam tanah.


4. Irigasi Pompa Air
Irigasi ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan berbagai jenis jenis air dari sumber air, biasanya sumur, ke lahan pertanian menggunakan pipa atau saluran. Jika sumber air yang digunakan dalam jenis ini bisa diandalkan, artinya tidak surut pada musim kemarau, maka kebutuhan air pada musim kemarau bisa di-backup dengan jenis irigasi ini.
5. Irigasi Lokal
Irigasi lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau pipa yang dipasang di suatu area tertentu sehingga air hanya akan mengalir di area tersebut saja. Seperti halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal menggunakan prinsip gravitasi sehingga lahan yang lebih tinggi terlebih dahulu mendapat air.
6. Irigasi dengan Ember atau Timba
Irigasi jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang mengairi lahannya dengan menggunakan ember atau timba. Mereka mengangkut air dari sumber air dengan ember atau timba kemudian menyiramnya secara manual pada lahan pertanian yang mereka tanami. Seperti yang bisa dibayangkan, jenis ini kurang efektif karena memakan banyak tenaga serta menghabiskan waktu yang lama. Namun demikian, jenis yang demikian masih menjadi pilihan sebagian petani utamanya petani di pedesaan yang tidak memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau alat irigasi yang lebih efektif.
7. Irigasi Tetes
Jenis irigasi tetes menjalankan tugas distribusi air ke lahan pertanian menggunakan selang atau pipa yang berlubang dan diatur dengan tekanan tertentu. Dengan pengaturan yang demikian, air akan muncul dari pipa berbentuk tetesan dan langsung pada bagian akar tanaman. Teknik yang demikian dimaksudkan agar air langsung menuju ke akar sehingga tidak perlu membasahi lahan dan mencegah terbuangnya air karena penguapan yang berlebih. Kelebihan irigasi jenis ini di antaranya adalah efisiensi dan penghematan air, menghindari akibat penguapan dan inflitrasi serta sangat cocok untuk tanaman di masa-masa awal pertumbuhannya karena dapat memaksimalkan fungsi hara bagi tanaman. Selain itu, jenis ini juga mempercepat proses penyesuaian bibit dengan tanah sehingga dapat menyuburkan tanaman dan menunjang keberhasilan proses penanamannya.
Fungsi Irigasi
Sementara itu di Indonesia sendiri, memiliki pembagian musim seperti musim kemarau dan musim penghujan memiliki jatah yang sama sehingga ketika musim kemarau tiba, utamanya kemarau panjang, curah air hujan akan rendah bahkan tidak ada sama sekali dan di sinilah irigasi memainkan peranannya. Ini juga terjadi pada pada daerah-daerah dengan resapan air yang rendah sehingga pada musim kemarau, sangat jarang ditemukan sumber air yang dapat mencukupi kebutuhan pertanian setempat.
Secara lebih terperinci, berikut adalah fungsi irigasi terhadap pertanian :
Sebagai simpanan supply air jika suatu saat terjadi kekeringan akibat kemarau panjang sehingga tanaman pertanian bisa tetap ditanam dan dipanen. Irigasi di sini sekaligus juga mengatur ‘jadwal’ dan ‘porsi’ pembasahan tanah sehingga dalam musim apapun, lahan pertanian bisa dialiri air dan tanaman bisa tumbuh
Memenuhi kebutuhan air pada tanaman pertanian
Mengalirkan air yang memuat zat lumpur serta zat hara penyubur tanaman untuk menyuburkan tanah yang menjadi lahan pertanian sehingga tanah siap ditanami dan menghasilkan tumbuhan yang juga subur dan baik.
Mengalirkan air yang akan berfungsi mengendapkan kotoran atau limbah di dalam tanah ke dalam lapisan bawah (saluran drainase) sehingga tidak mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan menghindari terjadinya erosi tanah. Kotoran atau limbah tersebut akan mengalami proses penjernihan baik secara alamiah atau teknis.
Mengendapkan zat-zat garam dari permukaan tanah ke tanah lapisan bawah sehingga di permukaan, kadar garam akan menurun. Menurunnya kadar garam ini adalah salah satu faktor yang mendukung suksesnya pertanian.
Menyiapkan tanah untuk mengalami proses pengolahan dengan terlebih dahulu melunakkannya. Lunaknya tanah akan mempermudah proses pengolahan karena tanah yang keras akan sulit diolah semisal dicangkul atau dibajak.
Meninggikan tanah yang posisinya rendah. Lumpur yang terkandung dalam air irigasi dapat memungkinkan hal ini terjadi sehingga sehingga tanah yang potensial untuk pertanian dapat digunakan lebih maksimal
Menurunkan suhu dalam tanah sehingga kondusif untuk pertanian
Mengurangi kemungkinan kerusakan tanah yang diakibatkan oleh frost
Manfaat Irigasi
Begitu banyak manfaat irigasi yang memberikan manfaat bagi kehidupan makhluk hidup yang hidup di bumi yang akan memberikan keuntungan bagi makhluk hidup terutama pada para petani.
Berikut adalah penjelasan mengenai manfaat dari beberapa jenis jenis irigasi :
a. Manfaat irigasi permukaan
Jenis irigasi ini menyebarkan air ke permukaan tanah hingga meresap ke bagian pori-pori tanah sehingga kebutuhan nutrisi tumbuhan dapat tercukupi. Dalam praktinya ia menggunakan susunan jaringan sehingga ada jaringan primer, sekunder dan tersier. Saluran primer adalah saluran yang pertama kali mendapatkan air, biasanya terletak di daratah yang lebih tinggi kemudian dialirkan ke saluran-saluran sekunder yang nantinya akan meneruskan aliran air ke saluran tersier.
Adapun jenis tumbuhan yang menggunakan sistem ini di antarnya adalah palawija karena memang membutuhkan asupan air yang banyak. Sementara itu, keuntungan menggunakan irigasi jenis ini adalah, selain investasi dan modal yang relatif kecil adalah kesesuaian untuk diterapkan untuk semua jenis lahan, meresapnya air hingga ke tanah bagian bawah sehingga bisa digunakan dengan baik dan efektif serta efisensi pemakaian air yang tergolong tinggi.


b. Manfaat irigasi dengan pancaran
Selain untuk mengalirkan air, irigasi dengan pancaran juga digunakan untuk menyebarkan pupuk karena dianggap lebih praktis, efektif dan cepat. Ia juga dipakai untuk mengurangi erosi angin dan mencegah pembekuan. Umumnya, jenis irigasi yang satu ini cocok dipakai untuk daerah yang memiliki tanah dangkal dengan topografi yang kurang atau tidak teratur. Daerah lain yang sangat cocok menggunakan jenis irigasi ini adalah wilayah berlereng karena dapat mengatasi masalah erosi sehingga kesuburan tanah tidak akan terkurangi. Sedikitnya, ada dua macam irigasi jenis ini, yakni jenis dengan alat pencurah yang tetap dan alat pencurah yang bisa dipindah-pindah. Sementara itu berdasarkan luas dan kapastias lahan yang dialiri serta keadaan topografi, jenis ini memiliki tiga macam, yakni farm system, incomplete farm system dan field system. Meski memiliki fungsi lain di luar irigasi, teknik semacam ini membutuhkan modal dan investasi yang cukup tinggi sehingga masih menjadi barang mahal bagi banyak orang.
c. Manfaat irigasi tetes
Beberapa jenis irigasi yang disebutkan di atas cukup menunjukkan bahwa perbedaan lahan, jenis tanaman juga ketersediaan modal sangat menentukan jenis irigasi apa yang akan dipilih para petani untuk mengairi lahannya. Namun demikian, pada juga sebagian petani yang diuntungkan dengan letak lahan pertanian yang ia miliki. Ini terjadi misalnya jika sawah yang dimiliki dekat dengan bendungan air sehingga pemilik tanah sekitar tidak perlu kewalahan dan kebingungan menciptakan sistem irigasi untuk mengairi lahannya. Tak heran, sawah-sawah di dekat bendungan atau sumber air biasanya tetap ditanami dalam musim apapun dan menghasilkan tanaman yang baik dan subur karena persediaan air tidak perlu dikhawatirkan. Ini pula yang menjadi alasan mengapa lahan-lahan pertanian di sekitar bendungan atau sumber air dijual dengan harga yang cukup tinggi. (baca : cara mencegah erosi tanah).
Untuk meng-handle perairan yang dibutuhkan lahan pertanian, sistem irigasi ternyata juga mencerminkan peradaban suatu bangsa. Ini bisa dilihat dari catatan sejarah yang menunjukkan bahwa kebudayaan dan peradaban besar biasanya muncul tak jauh dari sumber air yang dikelola dengan baik dan menghasilkan sistem irigasi yang baik pula.
Kreasi-kreasi yang diciptakan untuk sistem irigasi ternyata juga memiliki fungsi lain, semisal bendungan air yang memiliki fungsi lain sebagai pembangkit listrik. Irigasi yang tertata dengan baik juga menjadi solusi atas problem kekurangan pangan lokal yang tak jarang menimpa banyak negara.
Sistem irigasi yang diatur dan berfungsi dengan baik juga berbanding lurus dengan kesehatan masyakarat secara umum maupun kesejahterannya.
Tanaman yang dihasilkan dari lahan subur dan bebas hama penyakit sangat penting dalam menunjang kesehatan masyarakat dan menjauhkan mereka dari berbagai macam penyakit. Begitu juga, hasil pertanian yang berkualitas dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini bahkan juga sangat berperan dalam mendukung program daulat pangan sehingga produksi pangan dalam negeri bisa diandalkan kualitas maupun kuantitasnya minimal untuk konsumsi sendiri sehingga tidak perlu mengimpor bahan pangan dari negara lain.

II. Drainase
Drainase merupakan proses pembuangan air berlebih dari permukaan dan bawah permukaan tanah, maka drainase dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
Drainase permukaan merupakan proses pembuangan air dari permukaan lahan sedangkan drainase bawah permukaan merupakan pembuangan atau pengontrolan muka air tanah sampai optimal untuk meningkatkan produksi tanaman. Drainase permukaan berfungsi untuk menangani air permukaan, khususnya air yang berasal dari air hujan. Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air bawah permukaan, serta menerima dan membuang air dari lapisan tembus air.
Dalam kegiatan pembuatan sistem drainase ada dua kegiatan yang dilakukan, yaitu mengatur tingkat kemiringan lahan ( land grading ) dan penghalusan permukaan lahan ( land smoothing ), Land grading atau mengatur tahap kemiringan lahan dan land smoothing atau penghalusan permukaan lahan diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan dalam pembuatan saluran drainase permukaan.
Pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu.
Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti. ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan merupakan tempat aliran permukaan berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah. Pada tanah yang memiliki cekungan, terdapat genangan air yang berdampak buruk terhadap tanaman. Genangan air tersebut harus di buang melalui saluran pembuangan.
Ada beberapa jenis saluran drainase pembuangan yaitu
Drainase acak (Random Field Drains)
Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang–lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran drainase.
Sistem Drainase Paralel
Drainase Paralel (Parallel Field Drains)
Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 1%–2 %, sistem saluran drainase parallel bisa digunakan. Sistem drainase ini dikenal sebagai sistem bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, jika jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran 200 meter. Keuntungan dari sistem saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase.
Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem bedengan, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedengan, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar bedengan sistem 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedengan tidak lebih dari 200 m. Pada bedengan yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa, bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meter. Tanah galian saluran diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.
Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup dengan menarik dengan traktor bentukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang pada alat seperti bajak di lapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang.

Berdasarkan Penampungannya drainase dalam dibagi menjadi 2, yaitu singular dan komposit .
Singular
Sistem Drainase Singular
Terdiri dari jajaran pipa–lateral yang ditanam di bawah permukaan tanah dengan jarak tertentu, air yang keluar dari seluruh pipa lateral ditampung pada saluran terbuka, selanjutnya disalurkan ke saluran drainase utama.

Komposit
Sistem Drainase Komposit
Terdiri dari jajaran pipa–pipa lateral yang ditanam di bawah permukaan tanah dengan jarak tertentu, air dari seluruh pipa lateral ditampung pada pipa penampung yang juga ditanam di tanah, antara pipa lateral dengan pipa penampung dihubungkan dengan sambuangan, selanjutnya disalurkan ke saluran drainase utama.
Berdasarkan sistemnya, drainase dalam dibagi menjadi 4, yaitu :
Random sistem
Sistem ini digunakan pada lahan yang berombak atau pada lahan dimana kondisi tanahnya terdiri dari beragam jenis tanah dan pada lahan yang terdapat area tergenang. Sistem drainase random, daerah cekungan dihubungkan dengan saluran pengumpul air dan air di keluarkan dari lahan melalui saluran pembuang. Sistem ini sering diterapkan di lahan yang tidak memerlukan operasi pertanian intensif, seperti padang rumput, atau di mana peralatan mekanisasi pertanian terutama peralatan kecil dan sederhana dapat diterapkan.
Diagram jaringan random sistem
Perataan lahan adalah membentuk permukaan tanah kepada ketinggian yang telah ditentukan, sehingga setiap baris atau lereng permukaan lahan dapat membuang air dari lahan. Dibandingkan dengan bedengan, perataan lahan mengurangi jumlah bidang saluran air, sehingga mengurangi kebutuhan untuk pengendalian gulma dan pemeliharaan. Perataan lahan juga berarti untuk meningkatkan lahan yang tersedia lebih banyak untuk ditanami.





Sistem Drainase Random
Perataan Lahan
Pendataran lahan
Pendataran lahan adalah proses menyamakan permukaan tanah untuk menghilangkan cekungan pada lahan, namun tanpa mengubah topografinya. Hal ini sering dilakukan setelah perataan lahan dilakukan, karena topografi lahan yang tidak teratur. Di lahan, sistem drainase permukaan dapat memiliki dua layout yang berbeda, yaitu sistem drainase random dan sistem drainase paralel.
Perataan Permukaan Lahan
Herringbone sistem
Terdiri dari pipa saluran drainase lateral yang diletakan secara parallel dan terhubung dengan pipa utama dengan membuat sudut tertentu, biasanya dari kedua sisi. Pipa utama atau sub utama diletakkan pada bagian lahan yang rendah atau lahan yang pada kemiringan lahan yang besar atau lembah.
Skema jaringan drainase tulang ikan
Sistem Gridiron
Sistem drainase gridiron terdiri dari pipa–pipa saluran drainase lateral yang diletakkan secara paralel dan terhubung dengan pipa utama secara tegak lurus, biasanya dari satu sisi. Sistem ini sesuai untuk lahan di daerah rendah yang datar dengan ukuran lahan yang sama.
Sistem Drainase Gridion
Sistem Drainase Intersepsi
Sistem drainase intersepsi dapat menampung rembesan air yang mengalir ke lahan yang terletak lebih rendah atau di bagian bawah. Pipa intersepsi biasanya diletakkan pada bagian atas dan daerah yang basah yang ditentukan dari hasil pengamatan drainase awal.

.





Bab IV
Penutup

Kesimpulan
Dalam teknik irigasi dan drainase memiliki  berbagai cara yang berbeda-beda dalam menangani dalam berbagai hal yang berkaitan dengan sistemna seperti pembuangan air, tata letak petak dan hal lainnya begitupun dengan teknik drainase.





Daftar  Pustaka
Hardjowigeno, H. Sarwono. 1993. ILMU TANAH.Jakarta: AkademikaPreo.
Suripin, 2003. Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: AkademikaPressindo.
Hardjaja. Dkk, 1991. Pengairan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.Media.



Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH POPULASI, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM

Fungisida merek fujiwan 400EC untuk penyakit blas pada tanaman padi

PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (SPODOPTERA LITURA) PADA TANAMAN CABAI