LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI PENGUJIAN INVEKTIVITAS BENIH YANG TERTULAR VIRUS PENYEBAB PENYAKIT DENGAN AIR HANGAT (Thermal Inactivation End Point)
LAPORAN
PRAKTIKUM VIROLOGI
PENGUJIAN INVEKTIVITAS BENIH YANG TERTULAR VIRUS
PENYEBAB PENYAKIT DENGAN AIR HANGAT
(Thermal Inactivation End Point)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam keberhasilan peningkatan dalam usaha
tani sangat dipengaruhi oleh beberapa bahan input berbagai faktor produksi yang
salah satunya adalah penggunaan benih dalam budidaya berkualitas. Dengan
menggunakan benih bermutu diharapkan akan meningkatkan
produktivitas bagi petani dapat mengurangi dari serangan hama penyakit
dengan menggunakan benih unggul. Dengan penggunaan benih yang bermutu
diharpakan adanya peningkatan produksi akan berdampak terhadap peningkatan
pendapatan petani.
Benih yang dikatakan bermutu dengan kriteriayaitu asli,
berkualitas yang memiliki standar mutu baik secara fisik, fisiologis, dan
genetis yang berlaku secara internasional dan mencerminkan karakteristik
varietas yang diwakilinya, hidup dapat tumbuh apabila ditanam, sehat, tahan
terhadap penyakit, benih tidak menjadi sumber investasi gulma. Dengan persyaratan
yang menjelaskan tentang benih yang bermutu dimana perlu dilakukan pengujian
mutu benih seperti pengujian daya berkecambah, kemurnian benih, kadar air
hingga pengujian kesehatan benih.
Dalam pengujian mutu benih, pengujian kesehatan benih adalah
melihat kesehatan benih baik dari dalam benih yaitu fisiologis maupun permukaan
benih, dimana benih tersebut mengandung patogen apa tidak baik tanda-tanda di
permukaannya yang menyebabkan benih tersebut terjadi penyimpangan
yang menyebabkan benih tersebut tidak bisa melakukan fungsinya secara normal
sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Dalam hal ini benih bermutu selalu diharapkan dengan
kualitas yang tinggi bagi seluruh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu
dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga
sampai di tangan petani untuk proses budidaya. Untuk menjaga kualitas benih
tersebut, maka peranan pengujian benih menjadi sangat penting dan harus
dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada
tingkat petani.
Benih dikatakan sehat jika benih tersebut bebas dari patogen,
baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Patogen adalah suatu
kesatuan hidup yang dapat menyebabkan penyakit. Sedangkan patogenisitas adalah
kemampuan relatif dari suatu patogen untuk menyebabkan penyakit. Penyakit yang
ditimbulkannya kemungkinan dapat terjadi pada kecambah, tanaman muda ataupun
tanaman yang telah dewasa. Semua golongan patogen seperti cendawan, bakteri,
virus, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini dapat terjadi karena
benihnya telah terinfeksi atau kerena kontaminasi pada permukaan benih.
Kebanyakan patogen yang terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih
disebar atau disemaikan. Sebagai akibatnya benih menjadi busuk sebelum atau sesudah
benih berkecambah. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga
(hama lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat
merusak tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdekteksi
dan dapat mengurangi dampak dari patogen pada benih tersebut dan merupakan
informasi tentang adanya suatu resiko dari serangan patogen itu.
B. Tujuan
Praktikum tentang pengujian infektivitas benih yang tertular virus
penyebab penyakit tanaman dengan perendaman air panas ini bertujuan untuk
mengetahui pada kisaran suhu berapakah virus dapat bertahan dan menginfeksi
benih yang telah direndam dengan air panas.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Benih
Benih merupakan faktor
penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih sangat penting
dalam memproduksi tanaman yang memiliki kualitas tinggi. Keberadaan benih juga
sangat penting dalam meningkatkan plasma nutfah untuk kepentingan pemuliaan
tanaman. Benih merupakan bahan tanam yang berasal dari pembiakan secara
generatif atau juga disebut sebagai hasil dari persilangan. Dalam proses
budidaya, benih merupakan faktor utama dalam produksi, tanpa benih proses
budidaya tidak akan berjalan.
Penyimpanan benih tidak dapat menghentikan
deteriorasi, akan tetapi penyimpanan yang baik dapat memperlambat deteriorasi.
Deteriorasi merupakan semua proses dan akibat yang menyebabkan menurunnya
kualitas dan kuantitas hasil benih setelah masak fisiologis.
2.2 Perkembangan Patogen pada Benih
Dalam perkembangan patogen
yang terdapat pada benih dibutuhkan keadaan lingkungan yang berbeda agar dapat
tumbuh dan menghasilkan spora dari patogen tersebut. Oleh sebab itu kondisi
lingkungan pada waktu pengujian kesehatan benih harus benar-benar teliti dalam
keadaan iklim pada patogen sehingga dapat merangsang pertumbuhannya. Sehingga
untuk mengetahui kualitas mutu dari benih terhadap serangan patogen baik sebelum maupun sesuadah yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan benih
dalam uji benih.
Pemeriksaan kesehatan benih
adalah suatu tindakan untuk memastikan ada tidaknya mikroorganisme patogenik
yang terbawa oleh benih. Uji kesehatan benih merupakan suatu kegiatan yanga
dilakukan untuk mengetahui kesehatan suatu benih. pentingnya uji kesehatan
benih dilakukan adalah karena penyakit pada benih dapat mengganggu
perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan
kuantitas hasil, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke
daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya.
2.3 Penjelasan
Uji Kelayakan Benih
Dalam
pengujian kesehatan benih dilakukan sangat penting karena penyakit pada benih
dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan
kualitas dan kuantitas produk, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun
penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya.
Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang)
yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan
dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdeteksi dan dapat mengurangi
penyakit pada benih tersebut.
Kulit benih dan struktur disekitarnya yang telah
terserang patogen dapat mempengaruhi kemampuan perkecambahan benih melalui
penghambatan terhadap penyerapan air, pertukaran gas, difusi inhibitor
endogenous atau penghambatan pertumbuhan embrio. Sementara jika penghambatan
perkecambahan terjadi pada benih yang tidak mempunyai kulit keras atau tidak
memerlukan skarifikasi untuk penyerapan air, maka kemungkinan penyebabnya
adalah penghambat bagian lain dari benih misalnya endosperma. Patogen
yang menginfeksi benih dapat menyebabkan perubahan benih menjadi:
a. Berubah secara fisik dan
kimiawi
b. Berkecambah secara abnormal
c. Tidak dapat berkecambah
d. Kecambahnya tidak mampu muncul
kepermukaan lahan
e. Hasil pengujian viabilitas
kecambahnya jadi terpengaruh.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
C.Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada
hari sabtu, 19 Maret 2016 pukul 09.00 – 12.00 WITA di Laboratorium Hama
Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman.
1.Bahan
dan Alat
-Pemanas air
-Tissue
-Baskom
-Wadah untuk menyemai benih
-Benih yang terinfeksi virus
-Air
2.Cara
kerja
-Cari
tanaman cabai yang terserang virus.
-Ambil
biji cabai yang terkena virus sebanyak 10 biji direndam selama 15 menit
-Rendam
benih dengan air yang bersuhu 35 Celcius.
-Kering
anginkan selama beberapa saat
-Semaikan
benih dalam plot yang sudah tersedia.
-Setelah
tumbuh,amati apakah benih masih terjangkit virus atau tidak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
D.Hasil Pengamatan


E.Pembahasan
Pada praktikum yang telah di
lakukan benih yangt di semai dalam polybag jumlah benih yang tumbuh ada benih
yang tumbuh dalam keadaan sehat tidak ada gejala serangan virus dan ada
tigabenih yang tidak tumbuh, virus bersifat parasit obligat, yaitu hanya dapat hidup
pada inang yang hidup,virus tidak menyerap cairan atau nutrisi tanaman,akan
tetapi virus menyerang dengan cara yang lebih ganas, yaitu memasuki sel inang
dan memperbanyak diri di dalamnya. Jika inangnya mati, maka virus tersebut meninggalkan
sel inangnya tersebut,pemberantasan virus nyaris tidak mungkin dilakukan karena
virus sangat mudah bermutasi,pengendalian virus hanya dilakukan terhadap
serangga vektor penularannya.
Secara umum tanaman yang
terinfeksi oleh virus menunjukkan beberapa gejala yang biasanya terdapat daun,
buah, batang, cabang, maupun akar,gejala tersebut ditunjukkan dengan ukuran
yang mengecil, perubahan bentuk atau bagian tanaman, perubahan warna, kematian
jaringan tanaman (misalnya bercak bercincin), dan tanaman mengalami hambatan
pertumbuhan,
Pertumbuhan tanaman cabai jadi
persentasenya 14/20x100%=maka hasil adalah 0,7%,ini membuktikan bahwa pengujian
benih cabai yang di rendam pana air hangat bisa menurunkan tingkat invektifitas
pada benih cabai tersebut.
BAB
V
PENUTUP
F.Kesimpulan
polybag jumlah benih yang tumbuh ada benih
yang tumbuh dalam keadaan sehat tidak ada gejala serangan virus dan ada
tigabenih yang tidak tumbuh, virus bersifat parasit obligat, yaitu hanya dapat hidup
pada inang yang hidup,Pertumbuhan tanaman cabai jadi persentasenya
14/20x100%=maka hasil adalah 0,7%,ini membuktikan bahwa pengujian benih cabai
yang di rendam pana air hangat bisa menurunkan tingkat invektifitas pada benih
cabai tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Djafaruddin. 1996. Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman (umum). Bumi aksara. Jakarta.
Metode Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura.
2010. BBP2MB-TPH Dirjen Tanaman Pangan. Kementrian Pertanian.
Comments
Post a Comment