PENGERTIAN ANALISIS SWOT
Analisis
SWOT
Dalam menetapkan
strategi dan kebijakan pengembangan perkopian Indonesia ke depan digunakan
analisis SWOT. Identifikasi peluang dan ancaman (tantangan) yang dihadapi suatu
industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci menjadi bahan acuan dalam
menetapkan strategi dan kebijakan penanganan perkopian.
Analisis SWOT yaitu
analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Strength, Weakness,
Opportunities dan Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat
sistematis dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi serta peluang
dan ancaman lingkungan luar dan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik dia
antara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman,
barulah perusahaan tersebut dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan
kekuatan yang dimilikinya untung mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang
ada, sekaligus memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan yang dimilinya untuk
menghindari ancaman yang ada.
Matrik SWOT digunakan
untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan yang menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi/perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi/perusahaan. Matrik ini
menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi
W-O, strategi S-T dan strategi W-T.
Untuk lebih jelasnya
kondisi industri perkopian Indonesia, apakah masih mempunyai peluang dalam
pengembangannya atau tidak relevan lagi saat ini, hendaknya kita menganalisis terlebih
dahulu dengan mengunakan analisis SWOT.
Kekuatan (Strengths)
Tersedianya berbagai paket
teknologi dari mulai pra panen, panen dan pasca panen yang telah dikembangkan
ke masyarakat petani pekebun.
Tersedianya keragaman produk kopi
baik dalam bentuk regular coffee atau specialty coffee.
Masih terbukanya Peluang
pengembangan Product development dalam bentuk kopi setengah jadi (roasted
coffee) maupun kopi jadi (soluble dan instant coffee).
Ketersedian lahan dan agroklimat
yang sesuai, khususnya pengembangan kopi Arabika.
Biaya produksi relatif lebih
rendah.
Di Indonesia memiliki sedikitnya
tujuh macam kopi spesialiti yang telah dikenal dunia seperti
Gayo Mountain Coffee dari dataran
tinggi Takengon, Aceh Tengah,
Mandheling dan Lintong Coffee
dari Sumatera Utara,
Java Coffee dari dataran tinggi
Ijen, Jawa Timur,
Toraja/Kalosi Coffee dari dataran
tinggi Tana Toraja, Sulawesi Selatan,
Bali Coffee dari dataran tinggi
Kintamani, Bali,
Flores Coffee dari dataran tinggi
Manggarai, Nusa Tenggara Timur, dan
Balliem Highland Coffee dari
dataran tinggi Jaya Wijaya, Irian Jaya.
Kelemahan (Weaknesses)
Rendahnya Produktivitas kopi di
Indonesia, baik kopi Robusta maupun Arabika.
Belum proporsionalnya komposisi
kopi Arabika dan Robusta. Pertanaman kopi Robusta mendominasi dibandingkan
dengan kopi arabika, sedangkan permintaan kopi dunia hingga saat ini masih
didominasi oleh Arabika dengan pangsa pasar >70 %.
Terbatasnya ketersediaan lahan
yang memadai.
Terbatasnya panen kopi.
Rendahnya kualitas/mutu kopi
Indonesia.
Kurangnya sarana dan prasarana
yang mendukung industri kopi, khususnya untuk kopi Arabika yang menuntut
lingkungan dengan suhu rendah, yang hanya terdapat pada dataran tinggi di
pegunungan.
Kurang informasi pasar dalam
mengefisienkan sistem tataniaga.
Pemilikan lahan yang rata-rata
masih sempit yaitu seluas 0,69 ha per KK.
Terbatas atau lemahnya
kelembagaan petani dalam posisi rebut pasar (bergaining position).
Ditinjau dari aspek hukum belum
banyak produk kopi yang tergolong dalam produk specilaty secara legal memiliki
hak paten.
Penerapan teknologi (agronomi,
pasca panen dan pengolahan) yang masih amat terbatas.
Peluang (Opportunities)
Peluang pasar kopi Indonesia
khususnya dimasa mendatang masih cukup cerah, dengan beberapa indikator sebagai
berikut.
Distribusi supply dan demand kopi
dunia. Diasumsikan bahwa, meskipun produksi dunia mengalami sedikit
peningkatan, namun lebih diakibatkan adanya kecenderungan meningkatnya produksi
kopi Robusta di wilayah Asia pasifik. Sedangkan kopi Arabika dirasakan beberapa
tahun terakhir mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan.
Perkembangan harga kopi dunia.
Menurut ICO, perkembangan harga rata-rata kopi Arabika selalu lebih tinggi
dibandingkan harga kopi Robusta, maka dapat diasumsikan bahwa pengembangan agribisnis
kopi Arabika memiliki kecenderungan yang lebih prospektif dibandingkan dengan
Robusta.
Perkembangan konsumsi kopi dunia
(terutama negara importir) cukup baik sehingga pasar dan permintaan baru akan
terbuka.
Ancaman (Treaths)
adanya
ancaman dari minuman lain. Dewasa ini kecenderungan budaya minum kopi khususnya
di pasar tradisional mengalami perubahan yaitu dari “hot beverages” ke “cold
beverages” yaitu peralihan minuman ke soft drink.
Penyimpangan
Iklim. Perubahan iklim yang akhir-akhir ini sulit diperkirakan akan berdampak
terhadap penyimpangan tipe iklim di suatu wilayah. Sementara tanaman kopi dalam
stadia-stadia tertentu sangat rentan terhadap pengaruh kekurangan dan kelebihan
air yang akan berakibat pada penurunan produksi.
Kelangkaan
tenaga kerja. Angkatan kerja di pedesaan kurang berminat bekerja di perkebunan,
hal ini dikarenakan tingkat upah yang diterima masih dirasakan relatif rendah.
Perkembangan
produksi yang besar di negara lain (Vietnam) sangat tinggi menyebabkan
persaingan pasar sangat tinggi.
Alternatif
Strategi
Strategi
S-O
Pengembangan
area selain didasarkan pada kesesuaian lahan juga dengan pertimbangan memiliki
daya kompetitif dan komparatif secara antar dan intra wilatah serta
pertimbangan permintaan pasar/konsumen baik domestik ataupun dunia.
Mengisi
dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik domestik maupun internasional
serta mempertahankan pasar yang telah ada melalui berbagai upaya promosi baik
dalam dan luar negeri termasuik mendukung agrowisata.
pengembangan
iklim usaha yang kondusif untuk investasi dibidang perkopian, khususnya
berupaya kebijakan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.
Strategi
W-O
Optimalisasi
ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
mendukung peningkatan kualitas tanaman dan produk yang dihasilkan.
Menumbuh
kembangkan fungsi kelembagaan dan kemitraan yang berazaskan kebersamaan
ekonomi.
Optomalisasi
usaha tani dalam luasan skala usaha dan ekonomis baik ditingkat petani maupun
usaha menengah dan besar.
Strategi
S-T
Penajaman
wilayah potensial yang berkelayakan teknis dan tanaman dalam upaya meningkatkan
produktivitas tanaman dan lahan.
Mendukung
pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui perwujudan usaha perkebunan
kopi yang ramah lingkungan (environmental friendly coffee).
Strategi
W-T
Melakukan
koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka legalisasi
produk-produk kopi spesial (specialty dan bio coffee) untuk mendapatkan nama
dagang (trade mark) atau hak paten dari produk-produk yang bersangkutan.
Sosialisasi
penerapan sistem manajemen mutu (SNI, ISO, HACCP) diikuti dengan perbaikan
melalui penerapan “reward” dan “punishment” terhadap pembelian produk.
meningkatkan
jaminan keamanan berusaha terhadap segala bentuk penjarahan, perambahan atau
aktivita serupa lainnya.
Alternatif
Kebijakan
Berangkat
dari stategi diatas, maka kebijakan pengembangan kopi kedepan khususnya secara
teknis dititikberatkan kepada.
Kebijakan
Umum
Membangun
perkebunan kopi yang berkelanjutan.
mempertangguh
daya saing komoditas melalui peningkatan mutu hasil dan efisiensi usaha.
Peningkatan
dan pengembangan SDM yang tangguh dan bermutu serta IPTEK yang tepat sesuai
dengan kondisi masing-masing wilayah.
Kebijakan
Teknis
Kebijakan
ini akan menentukan arah pengembangan kopi kedepan, dengan mengacu pada “market
oriented”, yatu.
peningkatan
produktivitas (tanaman dan lahan) serta mutu hasil melalui upaya intensifikasi,
rehabilitasi, peremajaan dan diversifikasi pada areal yang telah ada dan
diprioritaskan pada wilayah eks-proyek serta kawasan hutan dan DAS.
Pengembangan
komposisi kopi Robusta ke Arabika melalui upaya konversi lahan Robusta dengan
ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl, serta penanaman tanaman baru pada
lahan-lahan yang berkelayakan teknis.
Kelestarian
dan pengembangan kopi spesial di lahan subur dengan ketinggian tempat di atas
1.000 m dpl.
Comments
Post a Comment