{ Teknik Perbanyakan Pohon Induk durian }
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga
berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an
sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut
buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal dari Asia
Tenggara yang berupa tanaman liar. Tanaman durian termasuk famili
Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang lazim disebut durian adalah
tumbuhan dari marga (genus) Durio (Prihatman, 2000)
Buah durian banyak digemari di kota-kota besar untuk dikonsumsi
sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya. Pada lahan-lahan yang
miring tanaman durian dapat digunakan sebagai pencegah erosi. Batangnya
bisa diolah untuk bahan bangunan/ perkakas rumah tangga. Biji Durian
memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif
pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).
Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dibuat dengan cara
menjemurnya sampai kering dan dibakar hingga hancur menjadi abu
(Sihotang, 2010).
Teknik perbanyakan pohon induk durian adalah satu hal yang harus
dilakukan dalam pembibitan durian tehnik perbanyakan pohon induk
tersebut dapat dilakukan dengan pengembangbiakan secara generatif dan
vegetatif. Perbanyakan benih durian secara generatif dilakukan dengan
biji dan perbanyakan benih durian secara vegetatif dapat dilakukan
dengan cara sambung pucuk (grafting ) yaitu penyatuan pucuk (batang
atas) dengan batang bawah sehingga terbentuk tanaman baru. Selain dengan
sambung pucuk, dapat juga dilakukan dengan cara Okulasi yaitu
penempelan mata tunas dari pohon induk durian terpilih ke batang bawah
yang sudah di siapkan (Deptan, 2008)
B. Tujuan
Program Studi Lapang ini bertujuan agar mahasiswa pempunyai wawasan
serta pengetahuan tentang objek yang diamati di lapangan. Secara khusus
tujuan Studi Lapang ini adalah untuk mengetahui teknik perbanyakan
pohon induk durian.
C. Manfaat
Manfaat dari Studi Lapang ini adalah untuk menambah wawasan serta
pengetahuan mahasiswa khususnya tentang objek-objek yang diamati
diantaranya adalah budidaya tanaman durian , bunga kol , anggrek, buah
naga, tumpang sari ketela dan jagung, serta penyakit pada tanaman
pisang.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan waktu
Adapun tempat kegiatan program Studi Lapang ini yaitu di UPTD Balai
Benih Holtikultura Saree Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Kegiatan ini berlangsung pada hari Sabtu tanggal 26 mei
2012.
B. Objek
Adapun objek yang di amati pada kegiatan Studi Lapang ini adalah
tanaman holtikultura, tanaman durian, anggrek, buah naga, kakao
pembibitan tanaman durian serta tanaman pisang. Secara khusus fokus
mengambil objek untuk Studi Lapang ini dengan judul Teknik Perbanyakan
Pohon Induk Durian di UPTD Balai Benih Holtikultura Provinsi Aceh
C. Metode Kegiatan
Kegiatan Studi Lapang ini dilakukan dengan cara melakukan survei
langsung ke lapangan. Teknis pengumpulan data yang dilakukan berupa:
1. Data Primer
• Observasi langsung
Melalui teknik ini data mengenai gambaran umum objek yang diamati
dapat dilakukan, kemudian diabadikan dengan mengambil beberapa foto
sebagai pelengkap data.
• Wawancara
Wawancara dilakukan terbuka antara semua mahasiswa dan kemudian
dilakukan wawancara mendalam secara personal untuk mendalami bagaimana
teknik perbanyakan pohon induk pada tanaman durian.
2. Data Sekunder
• Studi kepustakaan
Data-data primer yang telah diperoleh, diperkuat dengan adanya
data pendukung dan studi kepustakaan dari rujukan atau referensi yang
dipercayai. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang sempurna
dan dapat dipertanggung jawabkan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pohon Induk Durian
Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber
batang atas (entres), baik itu tanaman kecil ataupun tanaman besar yang
sudah produktif yang berasal dari biji atau hasil perbanyakan vegetatif.
Persyaratan pohon induk antara lain adalah memiliki sifat unggul dalam
produktivitas dan kualitas tanaman, seperti tanaman buah yang tahan
terhadap serangan Organisme pengganggu tanaman (OPT). Nama varietas
pohon induk dan asal-usulnya(nama pemilik, tempat asal) harus jelas,
sehingga memudahkan pela-cakannya. Tanaman dari biji harus sudah
berproduksi minimal lima musim, untuk mengetahui kemantapan sifat yang
dibawanya (Prastowo , 2008)
Pencarian pohon induk untuk mendapatkan jenis tanaman unggul dengan
bebeapa cara yaitu :
1. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan kegiatan pencarian pohon induk dengan cara
melacak suatu tanaman ke daerah sentra budidayanya sampai dengan
tumbuhan yang tumbuh liar di hutan. Tempat tersebut mempunyai ribuan
pohon durian yang tumbuh secara alami dan di antara tanaman durian
tersebut terdapat beberapa varietas yang mempunyai sifat-sifat unggul
walaupun merupakan tanaman dari biji serta tumbuh setengah liar di alam.
2. Promosi
Promosi ialah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara mengadakan
kejuaraan buah unggul, dari lomba tersebut muncul durian unggul baru
yang berpotensi sebagai pemenang lomba.
3. Introduksi
Introduksi yaitu kegiatan pencarian pohon induk dengan cara
mendatangkan atau membawa jenis buah yang terbukti unggul dari daerah
atau negara lain. Cara ini merupakan jalan pintas untuk mempercepat
perolehan bahan tanaman yang telah diketahui sifat seunggulannya. Hal
yang harus diperhatikan adalah kesesuaian keadaan iklim, tanah dan cara
budidaya pada tempat tumbuh asalnya dengan keadaan tempat tanam yang
baru,agar kualitasnya tetap baik.
Pohon induk pada umumnya dipilih dari bibit-bibit unggul. Bibit unggul
adalah tanaman muda yang memiliki sifat unggul yaitu mampu menunjukkan
sifat asli induknya dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, serta tidak
mengandung hama dan penyakit.
Dari Hasil wawancara dengan pegawai UPTD Balai Benih Holtikultura Sare,
untuk tanaman yang di gunakan untuk batang bawah yaitu tanaman durian
yang di tanam dari biji, dan biji tersebut boleh di ambil di mana saja.
Sedangkan untuk batang atas yaitu tanaman dari varietas yang baik dan
bermutu. Untuk batang atas yang di gunakan saat itu adalah varietas
Asokaya dari Lokseumawe, Sitokong dari Ragunan, Pasarminggu, Jakarta
Selatan dan Otong hasil introduksi Thailand yg berasal dari varietas mon
thong. Ciri-ciri batang atas yang di gunakan untuk okulasi dan sambung
pucuk yaitu: sehat, mulus dan tidak berkerut, tegak lurus ke atas dan
panjag batang atas yaitu 15 – 20 cm.
B.Tehnik Perbanyakn Pohon Induk Durian
.Perbanyakan tanaman durian yang di lakukan di UPTD Balai Benih
Holtikultura saree ada dua cara, yaitu secara generatif dan vegetative
buatan ( sambung pucuk dan okulasi ).
1. Perbanyakan Generatif
Biji untuk bibit dipilih dari biji yang memenuhi persyaratan: asli dari
induknya, segar dan sudah tua, tidak kisut, dan tidak terserang hama dan
penyakit. Biji-biji dicuci terlebih dahulu agar daging buah yang
menempel terlepas. Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka,
tidak terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan diusahakan agar tidak
berkecambah/rusak dan merosot daya tumbuhnya. Proses pemasakan biji
dilakukan dengan baik (dengan cara diistirahatkan beberapa saat), dalam
kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari buahnya. Setelah itu biji
ditanam dengan cara di semaikan. Setelah bibit berumur sekitar satu
bulan, dengan kotiledon ( kepiting biji ) yang berfungsi sebagai
persediaan makanan yang telah lepas, bibit dipindahkan ke kantong
plastik (polibag) ukuran 18x12 cm, yang berisi media tumbuh tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1.
2. Perbanyakan secara Vegetatif
Cara perbanyakan tanaman durian secara vegetatif buatan yaitu:
a. Okulasi ( tempel ) yaitu cara pembudidayaan tanaman dengan
menempelkan tunas dari satu tumbuhan ke batang tumbuhan yang lain.
Batang dan tunas yang di okulasi berasal dari dua tumbuhan. Batang bawah
merupakan tumbuhan yang mempunyai akar dan batang yang kuat, sedangkan
batang atas di ambil dari tumbuhan yang mempunyai buah yang manis.
b. Sambung pucuk ( enten ) merupakan penyatuan pucuk dengan batang
bawah.pucuk dan batang bawah yang di sambung berasal dari dua tanaman.
Sambung pucuk lebih cepat menghasilkan dan mendapatkan tanaman yang
lebih baik mutunya.
Ciri-ciri batang atas yang di gunakan untuk okulasi dan sambung pucuk
yaitu: sehat, mulus dan tidak berkerut, batang sudah bulat dan tidak
berbentuk pipih serta pucuk pada bagian paling ujung belum membentuk
daun (calon daun pada bagian pucuk masih berwarna coklat ) tegak lurus
ke atas dan panjag batang atas yaitu 15 – 20 cm.
Comments
Post a Comment