Tujuan dan Pendekatan Pengendalian Hayati
Tujuan dan Pendekatan Pengendalian Hayati
HAIRIL ANWAR, S.P.
1. Ada tiga
tujuan dari pengendalian hayati, yaitu reduksi, pencegahan, dan penundaan.
2. Reduksi
populasi gulma dilakukan setelah gulma mencapai tingkat yang menimbulkan
masalah. Dengan reduksi, populasi gulma diharapkan dapat berkurang ke tingkat
yang cukup rendah sehingga gulma tidak lagi menimbulkan masalah dalam jangka
waktu yang lama.
3. Pencegahan
dalam pengendalian hayati dimaksudkan untuk menjaga populasi gulma potensial
agar tidak mencapai tingkat luka ekonomi (TLE). Pencegahan membutuhkan
intervensi awal sebelum gulma potensial berkembang mencapai atau melewati TLE.
4. Pada penundaan, populasi gulma dapat berkembang
ke tingkat yang tinggi, tetapi terjadi ketika tumbuhan tidak lagi dianggap
sebagai gulma karena berada di luar jendela waktu. Penundaan perkembangan gulma
membutuhkan intervensi awal sebelum populasi gulma potensial mencapai atau
melewati TLE.
5. Tiga pendekatan dalam pengendalian hayati adalah
importasi atau yang disebut pula dengan sebutan pengendalian hayati klasik,
augmentasi, dan konservasi.
6. Pendekatan
importasi melibatkan introduksi musuh alami (pemangsa, parasitoid, dan patogen)
eksotik, dan umumnya digunakan untuk melawan opt eksotik pula. Pendekatannya
didasarkan pada pemahaman bahwa makhluk hidup yang tidak disertai dengan musuh
alami asli akan lebih bugar (fit) dan akan lebih melimpah dan lebih mampu
bersaing daripada yang menjadi subjek pengendalian alami. Untuk
mengendalikannya perlu dicarikan musuh alami yang efektif di tempat asalnya.
7. Praktek augmentasi didasarkan pada pengetahuan
atau asumsi bahwa pada beberapa situasi jumlah individu atau jenis musuh alami
tidak cukup memadai untuk mengendalikan gulma secara optimal. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan efektivitas pengendalian gulma, jumlah musuh alami perlu
ditambah melalui pelepasan secara periodik. Ada dua pendekatan augmentasi,
yaitu inokulasi sejumlah kecil musuh alami dan inundasi (membanjiri) dengan
jumlah yang besar, tergantung pada tujuannya.
8.
Pengendalian hayati konservasi pada dasarnya adalah melindungi,
memelihara, dan meningkatkan efektivitas populasi musuh alami yang sudah ada di
suatu habitat. Konservasi merupakan pendekatan paling penting jika kita ingin
memelihara populasi musuh alami, baik asli maupun eksotik, di dalam ekosistem
pertanian.
9. Manipulasi
genetik telah memberikan harapan besar untuk meningkatkan keampuhan musuh
alami. Manipulasi genetik musuh alami serangga dapat dilakukan untuk
meningkatkan resistensi terhadap pestisida, meningkatkan toleransi terhadap
iklim, meningkatkan kemampuan menemukan inang, mengubah preferensi inang,
meningkatkan sinkronisasi dengan inang, meningkatkan fekunditas, dan
menginduksi reproduksi thelytoky. Sampai saat ini, hanya seleksi buatan
terhadap musuh alami saja yang berhasil dilakukan. Potensi heterosis dan
teknologi rDNA masih belum dipraktekkan.
Hubungan Taksonomi dan Pengendalian Hayati
1. Taksonomi
adalah komponen sistematik yang khusus mempelajari teori dan praktek
klasifikasi. Ahli taksonomi melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan
identifikasi, deskripsi, penamaan, dan klasifikasi makhluk hidup.
2. Nama
ilmiah jenis hama dan musuh alami harus dapat diidentifikasi dengan akurat
sebelum program pengendalian hayati hama diterapkan. Nama ilmiah merupakan kunci
untuk membuka jendela informasi seluas-luasnya mengenai makhluk hidup yang akan
digunakan dalam pengendalian hayati.
3. Klasifikasi makhluk hidup hanyalah bersifat
sementara dan menjadi subjek terhadap perubahan, khususnya ketika ditemukan
taksa dan karakter-karakter baru.
4. Karakter
taksonomi didefinisikan sebagai atribut sebuah takson untuk membeda-kannya atau
potensial membedakannya dari lainnya. Karakter tersebut digunakan untuk
membangun klasikasi dan mengidentifikasi taksa. Karakter taksonomi dapat
dikategorikan sebagai morfologi, fisiologi, molekuler, ekologi, reproduksi, dan
perilaku.
5. Tidak ada
perbedaan nilai antara karakter morfologi dan biologi. Jika digunakan dengan
tepat keduanya akan dapat mengekspresikan perbedaan genetik yang sangat
bernilai dalam klasifikasi dan identifikasi. Hal yang paling ideal adalah
membuat korelasi antara karakter biologi yang baru dengan satu atau lebih
perbedaan morfologi yang ada untuk lebih melihat variasi di antara jenis-jenis
yang ada.
6. Karakter
biologi lebih umum digunakan pada tingkat jenis. Sifat biologi yang dicari
adalah yang spesifik untuk tujuan pemisahan atau identifikasi jenis. Karakter
biologi yang paling sering digunakan untuk membedakan jenis serangga
entomofagus kriptik adalah karakter ekologi, perilaku, dan reproduksi.
7. Hubungan
antara pengendalian hayati dan taksonomi bersifat timbal balik. Keduanya saling
membutuhkan informasi yang diperoleh dari pekerjaan yang telah dilakukan oleh
masing masing pihak.
- Sumber
Buku Pengendalian Hayati Karya Adi Basukriadi
Comments
Post a Comment